Jakarta (ANTARA) - Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menegaskan bahwa ibu harus berperan dominan dalam menentukan pola pemberian makanan pendamping ASI (MPASI) dalam keluarga agar bisa berjalan efisien.
Anggota Unit Kerja Koordinasi (UKK) Nutrisi dan Penyakit Metabolik IDAI dr. Winra Pratita, Sp.Am M.Ked (Ped) menyebutkan hal ini penting diterapkan terutama bagi anak yang diasuh dalam lingkup keluarga lebih besar melibatkan nenek, kakek, atau pengasuh lainnya.
"Tetaplah ibu yang harus berperan dominan (mengatur pola pemberian MPASI), tapi didukung juga oleh tenaga kesehatan ataupun nenek ataupun keluarga lain yang membantu mengasuh di rumah," kata dokter Winra dalam diskusi daring yang diikuti dari Jakarta, Selasa.
Hal ini penting dilakukan agar ibu bisa menyelaraskan panduan MPASI yang berlaku saat ini sehingga baik kebutuhan gizi anak bisa dipenuhi sesuai kurva pertumbuhan seharusnya dan kebiasaan untuk membangun pola makan yang teratur bisa dibentuk.
Dokter Winra mengatakan peran ini tidak hanya perlu dilakukan oleh ibu yang sepenuhnya menjadi ibu rumah tangga tapi juga yang bekerja sehingga orang tua tetap bisa memantau pertumbuhan anaknya meski pengasuhan dilakukan secara bersama-sama meski melibatkan keluarga besar.
Baca juga: Pendidikan gizi pada anak dimulai dari MPASI dan sarapan keluarga
Dalam menentukan pola pemberian MPASI, baik tenaga kesehatan maupun lingkungan pendukung ibu seperti pengasuh atau nenek nantinya harus mengambil peran pendukung dan tidak berusaha mengambil dominasi ibu.
"Intinya ibu harus mengawasi (pola pemberian MPASI), Ibu berperan paling penting. Peran tenaga kesehatan itu memberikan anjuran dan rekomendasi yang benar, sementara nenek atau keluarga harus mendukung itu," katanya.
Agar pembagian peran dalam memastikan pemberian MPASI bisa efektif, dokter Winra menyarankan agar ketika ibu menerima edukasi maka keluarga lainnya yang terlibat pengasuhan juga harus mendapatkan edukasi yang serupa.
Keluarga yang terlibat dalam pengasuhan beserta ibu bisa menerima dasar serta pengetahuan seputar MPASI yang tepat dan sesuai dengan perkembangan pengetahuan medis saat ini sejalan dengan panduan tumbuh kembang anak.
Edukasi tersebut berguna agar mitos-mitos dan takhayul terkait pemberian makanan untuk anak yang tidak relevan dengan kebutuhan anak bisa dicegah dan tidak lagi dilakukan.
Tentunya edukasi yang diberikan kepada keluarga yang lebih besar itu harus dilakukan dengan gaya komunikasi yang tidak menghakimi atau menyalahkan pola-pola pemberian MPASI terdahulu.
Dengan demikian pola pemberian MPASI dapat dijalankan dan disetujui bersama-sama dengan ibu yang tetap memiliki dominasi utama dalam memantau tumbuh kembang sang anak.
"Jadi satu keluarga perlu diedukasi (terkait pola MPASI), karena kalau cuma ibu saja yang ikut tapi lingkungan pendukung seperti nenek atau mertua bisa saja tidak setuju. Jadi memang butuh satu keluarga yang diedukasi," kata dokter Winra.
Baca juga: Dokter anjurkan orang tua perhatikan kadar gula pada camilan anak
Baca juga: 8 manfaat otak sapi untuk kesehatan tubuh dan MPASI bayi
Baca juga: Rekomendasi buah yang bisa dimakan oleh bayi berusia 6 bulan
Pewarta: Livia Kristianti
Editor: Mahmudah
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.