HUT ke-80 RI: Harapan hijau dan tantangan masa depan biologi

1 month ago 13

Jakarta (ANTARA) - Tahun 2025 ini, Indonesia merayakan 80 tahun kemerdekaannya. Delapan dekade bukanlah usia yang singkat bagi perjalanan sebuah bangsa.

Selama mengisi kemerdekaan itu pula, Indonesia terus menapaki perjalanan penuh warna, baik di bidang politik, ekonomi, sosial, maupun ilmu pengetahuan. Salah satu bidang yang punya peran penting, namun sering luput dari sorotan publik adalah biologi.

Biologi bukan hanya ilmu tentang makhluk hidup. Ia juga cermin dari bagaimana bangsa ini menjaga alam, memanfaatkan sumber daya, sekaligus melindungi kesehatan rakyatnya.

Di usia 80 tahun kemerdekaan, sudah saatnya kita menengok kembali bagaimana perjalanan biologi di Indonesia, sekaligus memikirkan tantangan besar yang menanti di masa depan.

Sejak awal kemerdekaan, biologi di Indonesia erat kaitannya dengan kekayaan alam. Indonesia dikenal sebagai salah satu negara megabiodiversitas yang merupakan pusat keanekaragaman hayati dunia.

Laporan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK, 2023) menyebutkan, Indonesia memiliki lebih dari 20 persen spesies dunia, termasuk 515 spesies mamalia, 1.598 spesies burung, 270 spesies amfibi, dan ribuan tumbuhan endemik.

Potensi ini menjadi kebanggaan, tapi sekaligus tanggung jawab dan tantangan besar bagi Indonesia. Di satu sisi, biodiversitas bisa menopang pangan, obat-obatan, hingga pariwisata. Di sisi lain, eksploitasi yang berlebihan membuatnya terancam punah.

Data dari organisasi internasional yang bergerak di bidang konservasi sumber daya alam, yaitu International Union for Conservation of Nature (IUCN) Red List 2024 menunjukkan, lebih dari 1.100 spesies di Indonesia kini terancam punah, mulai dari orangutan, badak Jawa, hingga ikan pari manta.

Dari sisi pendidikan, biologi juga berkembang pesat. Jika dulu biologi hanya dipelajari sebagai ilmu dasar, kini cabangnya semakin luas, di antaranya adalah bioteknologi, biomedis, mikrobiologi kelautan, hingga bioinformatika.

Perguruan tinggi di Indonesia semakin banyak menghasilkan penelitian yang berkontribusi bagi dunia. Misalnya, riset-riset tentang rumput laut yang bukan hanya menjadi komoditas ekspor, tetapi juga sebagai bahan obat dan kosmetik.

Perjalanan bangsa juga diwarnai oleh tantangan kesehatan. Pandemi COVID-19 yang melanda sejak 2020 menjadi pengingat betapa pentingnya riset biologi dan kedokteran. Indonesia sempat kesulitan di awal, namun kemudian mampu bangkit dengan mengembangkan riset vaksin, obat herbal, hingga uji klinis yang lebih ketat.

Namun, tantangan lingkungan pun semakin nyata. Perubahan iklim, polusi udara, pencemaran laut, seperti halnya mikroplastik, dan deforestasi membuat banyak spesies hewan maupun tumbuhan laut kehilangan habitat.

Menurut laporan Global Forest Watch (2023), Indonesia kehilangan lebih dari 1 juta hektare hutan primer sejak 2002. Padahal, hutan tropis kita adalah paru-paru dunia, sekaligus rumah bagi jutaan spesies hewan atau tumbuhan.

Fenomena ini berdampak langsung pada kehidupan manusia. Terjadinya banjir, longsor, kekeringan, hingga munculnya penyakit baru (zoonosis) seringkali berakar pada kerusakan ekosistem. Contoh nyata adalah meningkatnya kasus demam berdarah dan malaria akibat perubahan pola iklim yang memengaruhi populasi nyamuk.

Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

Read Entire Article
Rakyat news | | | |