Huler elektrik untuk ketahanan pangan di Ranah Minang

4 hours ago 2

Padang (ANTARA) - Berhadapan dengan hamparan sawah-sawah hijau yang membentang luas, sebuah mesin huler terdengar mulai berderu pelan. Suaranya yang tidak berisik beriringan dengan kicauan burung-burung yang sesekali menyantap padi.

Huler semi modern yang terletak di Jorong (dusun) Batu Palano, Nagari (desa) Salayo, Kabupaten Solok, Sumatera Barat (Sumbar) ini sudah menjadi jantung penggilingan padi milik masyarakat setempat.

Keberadaannya merupakan bukti implementasi energi terbarukan bisa selaras dalam mendukung swasembada pangan. Dahulunya, huler ini menggunakan mesin diesel atau berbahan bakar solar. Kemudian, dialihkan ke energi listrik pada 2023.

Kini, huler ini menjadi salah satu percontohan di Ranah Minang di mana energi terbarukan tidak hanya mendukung program net zero emission (NZE), melainkan juga berdampak langsung kepada kesejahteraan petani.

Yon Harmen (51) selaku pemilik huler mengatakan telah menjalankan usaha penggilingan padi sejak lima tahun terakhir atau ketika di awal pandemi COVID-19 melanda dunia. Awalnya, ia bersama istri mengandalkan mesin diesel berbahan bakar solar untuk operasional. Kelangkaan solar serta tingginya biaya produksi menjadi permasalahan utama yang kerap mereka hadapi dalam menjalankan bisnis tersebut.

Mereka bahkan menghabiskan 20 jeriken solar dalam sebulan atau untuk 20 hari kerja. Satu jeriken berisikan 33 liter dengan harga per liternya Rp10 ribu. Artinya, mereka harus mengeluarkan biaya Rp6,6 juta per bulan untuk operasional mesin diesel.

Selain biaya yang tergolong tinggi, Yon Harmen mengaku juga kesulitan mendapatkan solar. Tak jarang ia harus berkelana ke beberapa kabupaten dan kota di Sumbar untuk mendapatkan solar agar usaha yang ia jalankan tetap beroperasi, dan padi-padi yang dipasok petani bisa digiling menjadi beras.

Setelah tiga tahun menjalankan huler bertenaga diesel, ia bersama istri memberanikan diri untuk beralih ke energi listrik. Yon Harmen mendatangi PLN setempat untuk mengetahui syarat dan besaran biaya yang mesti dikeluarkan agar dapat beralih ke energi yang ramah lingkungan.

"Di awal peralihan ke energi listrik, saya memasang daya 41.500 Volt Ampere dengan biaya pemasangan, instalasi, izin dan sebagainya mencapai Rp44 juta," ujar Yon Harmen.

Seorang pekerja memasukkan beras ke dalam mesin untuk melewati proses pembersihan atau tahap akhir menggunakan mesin bertenaga listrik di Kabupaten Solok, Provinsi Sumatera Barat, Sabtu (11/10/2025). Transisi dari mesin diesel berbahan bakar minyak ke energi listrik terbukti efektif, efisien dan menguntungkan pelaku usaha dengan selisih margin pengeluaran hingga Rp4 juta rupiah setiap bulannya. (ANTARA/Muhammad Zulfikar

Kala itu, penggilingan padi ini masuk ke dalam kategori bisnis atau masih menggunakan skema token listrik. Dalam sehari, ia harus merogoh saku sebesar Rp200 ribu untuk pembelian token listrik atau Rp1 juta untuk lima hari kerja.

"Ketika menggunakan token, biaya yang saya keluarkan sebulan atau 20 hari kerja itu Rp4 juta. Artinya ini jauh lebih hemat daripada menggunakan solar," kata dia.

Editor: Sapto Heru Purnomojoyo
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

Read Entire Article
Rakyat news | | | |