HKBP dukung Astacita soal kehidupan harmonis dengan alam

1 month ago 13
Melalui pertemuan ini, kami memohon dengan kerendahan kepada yang kami hormati Pak Presiden Prabowo supaya mencabut izin TPL

Jakarta (ANTARA) - Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) menyerukan dukungan terhadap perwujudan Astacita Presiden Prabowo Subianto, khususnya terkait ekonomi hijau dan kehidupan yang harmonis dengan lingkungan dan alam.

"HKBP dan Kristen, gereja-gereja kita, pegiat lingkungan, dan kita semua ikut dalam barisan Bapak Presiden yang mencanangkan Astacita, yang di antaranya adalah ekonomi hijau dan juga memperkuat penyelarasan kehidupan harmoni dengan lingkungan dan alam," kata Ephorus HKBP Pendeta Victor Tinambunan saat memberikan sambutan dalam kegiatan doa bersama yang digelar HKBP di Taman Proklamasi, Jakarta, Senin.

Diketahui komitmen pemerintah mewujudkan ekonomi hijau dituangkan dalam Astacita kedua, yakni memantapkan sistem pertahanan keamanan negara dan mendorong kemandirian bangsa melalui swasembada pangan, energi, air, ekonomi kreatif, ekonomi hijau, dan ekonomi biru.

Baca juga: Ribuan jemaat HKBP doakan alam terpelihara baik di momentum HUT RI

Kemudian, komitmen pemerintah menguatkan penyelarasan kehidupan yang harmonis antara manusia dan lingkungan serta alam dituangkan dalam Astacita Kedelapan. Poin kedelapan itu menyebutkan komitmen memperkuat penyelarasan kehidupan yang harmonis dengan lingkungan, alam, dan budaya, serta peningkatan toleransi antarumat beragama untuk mencapai masyarakat yang adil dan makmur.

Sejalan dengan perwujudan kehidupan yang harmonis dengan lingkungan dan alam itu, Victor menyampaikan pihaknya meminta agar pemerintah menutup PT PT Toba Pulp Lestari (TPL).

"Melalui pertemuan ini, kami memohon dengan kerendahan kepada yang kami hormati Pak Presiden Prabowo supaya mencabut izin TPL," kata dia.

Baca juga: Komnas HAM selidiki kasus dugaan pelanggaran HAM PT TPL di Sumut

Menurut Victor, keberadaan perusahaan itu telah membawa sejumlah dampak negatif bagi masyarakat di sekitarnya. Di antaranya, kemunculan bencana tanah longsor dan banyaknya ikan yang mati akibat pestisida.

"Sejak berdirinya, sudah banyak korban jiwa, tanah longsor. Yang kedua, karena tutupan hutan itu berkurang drastis, maka berulang kali sudah terjadi bencana, tanah longsor dan sungai-sungai kecil sudah mati. Juga dengan pestisidanya TPL, ikan-ikan juga menjadi banyak yang mati," kata dia.

Baca juga: Sultan Bachtiar: Penyelesaian isu TPL adalah momentum pembuktian DPD

Pewarta: Tri Meilani Ameliya
Editor: Indra Gultom
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

Read Entire Article
Rakyat news | | | |