Jakarta (ANTARA) - Seorang guru muda asal Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU), Nusa Tenggara Timur (NTT) Bayubuana Toleu (27), memutuskan mengabdikan diri sebagai tenaga pendidik di Sekolah Rakyat Terintegrasi (SRT) 9 Banjarbaru, Kalimantan Selatan (Kalsel).
“Orang tua pun kaget dapat penempatan di Banjarbaru, tapi akhirnya disetujui juga,” kata Bayu dalam keterangannya yang diterima di Jakarta, Kamis.
Bayu, lulusan Pendidikan Geografi Universitas Nusa Cendana Kupang, sebelumnya mengajar sebagai honorer guru untuk mata pelajaran Geografi di SMP Satap Negeri Sunbaki, Timor Tengah Utara.
Baca juga: Kemensos tugaskan 19 guru untuk Sekolah Rakyat Tanjungpinang Kepri
Namun, ia memutuskan pindah setelah lolos seleksi rekrutmen guru untuk Sekolah Rakyat, hingga mendapat penugasan mengajar di SRT 9 Banjarbaru atau Sekolah Rakyat setara dengan SMP reguler.
Bayu bercerita selama menjadi guru honorer, ia hanya menerima gaji Rp250 ribu per bulan yang diterima setiap tiga bulan sekali.
Kondisi itu mendorongnya mendaftar program Sekolah Rakyat yang membuka kesempatan bagi guru bersertifikat Pendidikan Profesi Guru (PPG) untuk diangkat sebagai Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja Jabatan Fungsional (PPPK JF) di bawah naungan Kementerian Sosial.
Kini, meski harus mengajar jauh dari kampung halaman, Bayu tetap bersemangat. Ia menyiapkan metode belajar berbasis teknologi digital dengan memanfaatkan aplikasi dan permainan agar siswa tingkat menengah pertama tidak merasa bosan di kelas.
“Cara mengajar saya biasanya menggunakan aplikasi-aplikasi yang bisa memakai game. Itu salah satu strategi supaya pembelajaran di kelas tidak monoton,” ujarnya.
Bayu berharap keberadaan Sekolah Rakyat tidak hanya memberi akses pendidikan gratis, tetapi juga menjamin masa depan siswa setelah lulus.
“Mungkin ada yang mau kuliah, ada yang mau tes polisi atau tentara. Pemerintah bisa fasilitasi supaya cita-cita anak-anak itu bisa tercapai,” katanya.
Baca juga: Sekolah Rakyat wujudkan cita-cita anak keluarga disabilitas di Malang
Baca juga: Kisah Akbar bersyukur masuk Sekolah Rakyat, bisa tidur di kasur empuk
Program Sekolah Rakyat dirancang oleh pemerintah sebagai pusat pendidikan, sekaligus juga sebagai miniatur pengentasan kemiskinan terpadu.
Konsep ini memadukan sejumlah program prioritas pemerintah, antara lain Cek Kesehatan Gratis (CKG), Makan Bergizi Gratis (MBG), jaminan kesehatan, Koperasi Desa Merah Putih, hingga program pembangunan 3 juta unit rumah.
Hingga kini sudah beroperasi 100 Sekolah Rakyat rintisan tahap pertama di berbagai daerah. Pemerintah melalui Kementerian Sosial sebagai pelaksana teknis menargetkan pada tahun ajaran 2025/2026 jumlahnya bertambah menjadi 165 sekolah jenjang SD, SMP, dan SMA/sederajat.
Sekolah-sekolah tersebut diproyeksikan mampu menampung 15.895 siswa, dengan dukungan 2.407 guru serta 4.442 tenaga pendidik
Pewarta: M. Riezko Bima Elko Prasetyo
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.