GSM: Sejarah para pahlawan dapat dijadikan cara benahi pendidikan

5 days ago 2

Jakarta (ANTARA) - Gerakan Sekolah Menyenangkan (GSM) mengatakan bahwa para guru maupun pemerintah dapat menjadikan sejarah pahlawan bangsa sebagai langkah konkret untuk membenahi pendidikan guna menciptakan generasi yang berdaya saing di era global.

"Dari dulu tokoh kebangsaan kita kan sudah mengajarkan misalnya ada pemikiran akan materialisme, dialektika, dan logika atau Madilog oleh Tan Malaka. Padahal itu sama saja dengan metode Sains, Teknologi Keteknikan, Seni, dan Matematika (STEAM) yang kini disebut sebagai Project-based Learning," kata Founder dari GSM Muhammad Nur Rizal dalam keterangan resmi di Jakarta, Rabu.

Rizal menekankan guru yang berkualitas akan mampu menginspirasi murid-muridnya untuk mencintai ilmu pengetahuan dan memberi dampak lifelong learning, ketimbang guru dengan kualitas biasa, sekalipun mereka menggunakan sistem kurikulum yang canggih.

Baca juga: Cermin retak Tan Malaka

Kualitas guru juga amat ditentukan oleh paradigma yang selaras dengan tujuan moral pendidikan. Ketika sudah sesuai, baru kemudian, teknis mengajar dan konten kurikulum akan menyusul. Paradigma pengajar yang dimaksud adalah berjiwa merdeka dan optimis dalam kondisi apa pun.

Terkait dengan hal tersebut, Rizal menyayangkan baik para guru maupun pemerintah hanya mengingat pahlawan hanya saat ada perayaan saja, tanpa pernah mengambil esensi, nilai, dan pelajaran yang dilakukan mereka. Padahal, banyak pemikiran atau dobrakan yang para pahlawan lakukan untuk memajukan bangsa dan dapat ditiru di masa kini.

R.A. Kartini misalnya, wanita yang lahir di Jepara itu mengajarkan agar para pendidik melakukan pengajaran terhadap budi dan jiwa. Ia meyakini kalau mencerdaskan pikiran saja tidak cukup karena tidak akan membuat orang hidup susila dan berbudi pekerti baik.

Kemudian ada Tan Malaka yang selain STEAM, juga mengajarkan pentingnya materialisme atau pembelajaran harus berbasis data, fakta, dan kenyataan, bukan lewat mitos atau mistis, dialektika atau cara kita memaknai dinamika kehidupan atau bisa juga disebut sebagai berkomunikasi dan berkolaborasi.

Baca juga: Ketua DPRD Sumbar: Rawat serius Rumah Tan Malaka

Serta mengedepankan logika yang dipakai sebagai alat untuk mendialektikan fakta dan data lapangan agar mampu menangkap gerak dinamis akan kehidupan secara ilmiah.

Menurutnya untuk membenahi pendidikan di Indonesia maka kesadaran kritis dan kemandirian intelektual para murid adalah hal yang perlu untuk dibangun. Ia juga secara lantang mengajak para guru untuk merdeka seratus persen, tidak menyandarkan hidup pada sesuatu yang bersifat kebendaan.

“Dahulu, cara para kolonial menjajah kita adalah dengan menipu rakyat Indonesia lewat mitos, takhayul, ataupun logika mistika. Itu bisa dilakukan karena mental rakyat kita saat itu masih terjajah dan tergantung,” ucapnya.

Rizal turut meminta agar para guru tidak terkekang oleh kurikulum. Guru harus bisa menjadi kurikulum itu sendiri dengan menjalankan pembelajaran dengan pola pikir dan paradigma yang melibatkan jiwa dan cinta.

"Hal yang terpenting adalah guru harus mampu menuntun kodrat, memantik rasa ingin tahu, mengajak siswa berimajinasi tentang masa depan, dan berusaha memahami kondisi siswanya melalui refleksi,” kata dia.

Baca juga: Hary Poeze: Tan Malaka miliki 14 karakter

Baca juga: Fadli Zon: Tan Malaka layak diberikan penghargaan

Baca juga: Keluarga Tan Malaka gelar prosesi penobatan di makam Kediri

Pewarta: Hreeloita Dharma Shanti
Editor: Mahmudah
Copyright © ANTARA 2025

Read Entire Article
Rakyat news | | | |