Santri harus adaptif, tapi tetap jaga nilai pesantren

2 hours ago 1
Pesantren harus membuka diri kepada semua orang yang ingin belajar di pesantren, dan itu sudah dilakukan beberapa pesantren...

Jakarta (ANTARA) - CEO Alvara Research Center Hasanuddin Ali menilai santri dan dunia pesantren perlu beradaptasi dengan perubahan zaman agar bisa tetap eksis, akan tetapi tetap harus selalu memegang teguh nilai-nilai pesantren yang selama ini ditanamkan sehingga bisa tetap menjadi penjaga moral bangsa.

“Pesantren harus membuka diri kepada semua orang yang ingin belajar di pesantren, dan itu sudah dilakukan beberapa pesantren. Tapi, nilai-nilai dan core value santrinya tetap ada. Itu yang tidak ditemui di lembaga lain di luar," ujar Hasanuddin dalam diskusi Refleksi Hari Santri, Pesantren, dan Harapan Generasi Muda, di Jakarta, Selasa.

Ia memaparkan pesantren kini menjadi lembaga pendidikan yang tidak hanya fokus pada agama, tetapi juga ilmu-ilmu umum.

Dari hasil penelitian Alvara, tingkat keberminatan orang tua memondokkan anak di masa depan masih cukup tinggi, yakni Gen Z mencapai 60,9 persen, milenial 59,8 persen, dan Gen X 58,6 persen.

Namun, terdapat perubahan paradigma terkait materi yang diharapkan di pesantren, yakni hanya 11,1 persen yang ingin benar-benar belajar agama, kombinasi porsi umum lebih besar dari pada agama 9,9 persen, dan kombinasi porsi agama lebih besar dari pada umum 79,0 persen.

Ilmu yang diharapkan diajarkan di pesantren juga berubah. Dari 702 responden, sebanyak 60,5 persen menyatakan ilmu komputer (Informasi, Teknologi, Digitalisasi), disusul ilmu ekonomi dan manajemen (56,7 persen), IPA (53,0 persen), dan ilmu kesehatan (48,9 persen).

Lalu, matematika (46,3 persen), ilmu sosial dan politik (40,7 persen), ilmu seni dan budaya (34,5 persen), ilmu pertanian (33,9 persen), dan ilmu lingkungan (31,2 persen).

Hal menarik lainnya, kata Hasanuddin, faktor pertimbangan utama mayoritas responden memilih pondok pesantren adalah fasilitas, disusul sosok kiai, dan rekam jejak pondok pesantrennya.

"Jadi, pesantren sekarang lebih pada bagaimana memperkuat dari sisi fasilitas dan juga perkenalan-perkenalan umum yang diajarkan di pesantren-pesantren. Tinggal bagaimana pesantren menambahkan dengan ilmu-ilmu yang lain dan fasilitas-fasilitas, pasti pesantren akan tetap menjadi pilihan orang untuk belajar agama," katanya.

Mantan Ketua Umum Pemuda Muhammadiyah Sunanto sepakat dunia santri dan pesantren ke depan perlu beradaptasi dengan zaman.

"Dulu pesantren sangat tertutup, tapi sekarang mulai terbuka. Dulu pesantren mengajarkan kemandirian dan penuh perjuangan. Bahkan tidur berbantal beras. Santri benar-benar digembleng dengan penuh perjuangan," katanya.

Akan tetapi, pesantren kini harus siap berubah, termasuk dari sisi fasilitas dan pola pendidikan. Meski demikian, ia mengingatkan bahwa perubahan itu tidak boleh meninggalkan nilai-nilai yang diajarkan di pesantren, agar santri dan pesantren tetap sebagai penjaga moral.

Sebab, banyak nilai-nilai pesantren yang tidak ada di lembaga pendidikan umum, apalagi pada kemajuan teknologi seperti AI.

"Adaptasi perlu, pesantren harus siap dengan perubahan dunia. Tetapi tidak harus menghilangkan keyakinan terhadap guru atau kiai," kata dia.

Sementara itu, Pengasuh Ponpes Al Huda Doglo, Boyolali, Jawa Tengah, Aunullah A'la Habib mengatakan perubahan teknologi yang begitu cepat secara langsung dapat mengubah perilaku manusia. Hal ini yang kini menjadi tantangan bagi dunia pesantren.

"Problem serius yang ada di pesantren sebagai sumber penjaga moral adalah dihadapkan dengan globalisasi. Problem serius adalah hidup di era hari ini yang semua serba berubah," kata dia.

Baca juga: Mewujudkan pesantren ramah anak

Baca juga: Menteri PPPA ajak santri bijak gunakan internet cegah kekerasan online

Baca juga: Kemenag bentuk Satgas pencegahan dan penanganan kekerasan di Pesantren

Pewarta: Asep Firmansyah
Editor: Citro Atmoko
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

Read Entire Article
Rakyat news | | | |