Jakarta (ANTARA) - Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah Mega Febrianora mengatakan dalam memilih pasangan perlu memperhatikan kecocokan empat hal, yakni kompatibilitas fisik, inteligensia, emosional, serta seksualitas, guna memastikan jantung tetap sehat karena rasa aman dan tenang.
"Sebagai seorang kardiologis, mungkin nasihatnya adalah cari pasangan yang good for your heart. Pasangan yang baik untuk jantung. Yang tadi yang sudah kita bahas, pasangan yang menenangkan, pasangan yang gak bikin tensi naik, gak bikin deg-degan karena emosi terus," kata Mega dalam siaran Kementerian Kesehatan (Kemenkes) di Jakarta, Jumat.
Mega menyebutkan dalam sebuah hubungan cinta yang stabil, terdapat produksi dua jenis hormon, yakni oxytocin yang memberikan keterikatan secara emosional, ketenangan, dan rasa percaya. Selain itu, katanya, ada vasopressin, hormon yang membuat seseorang ingin setia dalam hubungan.
Untuk mempertahankan keduanya, kata dia, dibutuhkan upaya dari keduanya dalam hubungan, sehingga kecocokan pasangan menjadi penting. Dia mencontohkan sejumlah hal yang dapat dilakukan, misalnya memeluk pasangan selama 20 detik, memeluk pasangan delapan kali dalam sehari, atau mencium pasangan selama minimal enam detik.
Baca juga: Masihkah bibit, bebet, dan bobot relevan untuk pilih calon pasangan?
"Ada usaha yang dilakukan untuk mempertahankan si love hormone tersebut, yang akhirnya membuat efeknya adalah jantung jadi tenang. Jantung jadi tenang, blood pressure-nya jadi turun, heart rate-nya jadi turun," kata dokter itu.
Upaya-upaya tersebut, katanya, juga menjelaskan mengapa sejumlah orang memiliki bahasa cinta (love language) berupa kontak fisik. Jika sedang dalam hubungan atau pernikahan jarak jauh, lanjut dia, maka pasangan dapat melakukan hal lainnya yang juga dapat memproduksi hormon oxytocin tersebut.
Karena itu, katanya, kematangan emosional seseorang serta kemampuannya menyelesaikan masalah menjadi faktor-faktor penting dalam memilih pasangan guna memastikan kesehatan jantung.
Baca juga: Studi: orang cenderung pilih pasangan dengan DNA sama
Dalam kesempatan itu dia menjelaskan bahwa menurut sejumlah studi, kestabilan emosional seseorang terbentuk pada usia 30-an. Sementara pada usia 20-an manusia masih belajar untuk menjadi dewasa. Sayangnya di Indonesia biasanya orang menikah pada usia 20-an.
"Masa-masa di mana kita tuh belum matang atau belum stabil secara emosional. Kemudian, misalnya nih, let's say pasangannya berubah. Dan ketika pasangannya berubah, mungkin tipenya udah berubah juga. Chemistry-nya juga jadi gak dapat," katanya.
Namun, lanjut dia, hal tersebut bukan sesuatu yang mutlak, karena ada yang matang secara emosional pada usia 20-an. Dia pun mengingatkan untuk tidak perlu terburu-buru mencari pasangan dan lebih cermat memilih.
Baca juga: Doa cari jodoh agar dapat pasangan tepat
Pewarta: Mecca Yumna Ning Prisie
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2025