Jakarta (ANTARA) - PT Eagle High Plantations Tbk (BWPT) mendorong kolaborasi antara industri dan akademisi untuk memperkuat inovasi hijau nasional, terutama dalam pengembangan teknologi berkelanjutan di sektor kelapa sawit ramah lingkungan.
CEO BWPT Henderi Djunaidi menegaskan pentingnya kolaborasi antara industri dan akademisi dalam memperkuat inovasi hijau sektor kelapa sawit agar memberi dampak lingkungan dan sosial yang lebih luas.
"Inovasi hijau harus menjadi bagian integral dari strategi bisnis. Melalui riset, teknologi, dan kolaborasi lintas generasi, kita dapat menghadirkan perubahan yang signifikan bagi masyarakat dan lingkungan," kata Henderi dalam diskusi bertajuk Inovasi Hijau dari Indonesia untuk Dunia, di Jakarta, Kamis.
Dia menyampaikan, kolaborasi lintas sektor menjadi kunci untuk menghadirkan solusi berkelanjutan, di mana industri dan akademisi saling melengkapi dalam penelitian, penerapan teknologi, dan pengembangan praktik ramah lingkungan.
Menurutnya, BWPT terus mendorong pendekatan inovasi hijau melalui riset dan teknologi yang dapat diimplementasikan langsung di lapangan, termasuk pengembangan green black carbon hasil olahan tandan kosong kelapa sawit yang mendapatkan peringkat pertama pada saat sesi SDG Innovation Pitch Showcase: Solutions for Sustainable Business dalam rangkaian agenda UN Global Compact Leaders Summit 2025 di Amerika Serikat.
Inovasi tersebut tidak hanya berorientasi pada keuntungan ekonomi, tetapi juga ditujukan untuk memberikan dampak positif terhadap bumi, masyarakat, dan industri lain seperti otomotif, cat, bangunan, serta tinta.
Henderi menegaskan, semangat kolaborasi harus berangkat dari kesadaran bersama bahwa seluruh pihak merupakan bagian dari ekosistem bumi yang saling terkait dan bertanggung jawab menjaga keberlanjutan lingkungan.
Ia menambahkan, kerja sama dengan lembaga riset seperti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menjadi langkah konkret BWPT untuk menjembatani hasil penelitian agar bisa diimplementasikan pada skala industri dengan dampak nyata bagi masyarakat.
Selain inovasi teknologi, BWPT juga mengajak karyawan untuk turut serta dalam kegiatan lingkungan seperti penanaman mangrove dan pengembangan area konservasi bernilai tinggi (High Conservation Value/HCV) yang kini berkembang menjadi kawasan agrowisata hijau.
Ia menambahkan diskusi itu juga menjadi ajang kolaboratif bagi pelaku industri, akademisi, dan komunitas lingkungan untuk memperkuat sinergi dalam membangun ekosistem inovasi hijau nasional.
Baginya Indonesia memiliki modal besar berupa sumber daya alam, talenta muda, serta lembaga riset yang kuat. Namun tantangannya kini bagaimana seluruh pemangku kepentingan dapat bekerja bersama untuk mengubah potensi tersebut menjadi kekuatan nyata.
Di tempat yang sama, pakar keberlanjutan dan pengelolaan sampah yang juga pendiri Greeneration Indonesia, Waste4Change, dan Ecoxyztem Mohamad Bijaksana Junerosano menyoroti pentingnya memperkuat ekosistem inovasi yang berkesinambungan.
"Inovasi lingkungan bukan hanya tentang mengurangi emisi, tetapi juga tentang mengubah paradigma bahwa limbah dapat menjadi sumber nilai baru bagi ekonomi hijau," kata Junerosano.
Sementara itu, Guru Besar Kebijakan Agribisnis Institut Pertanian Bogor (IPB) Bayu Krisnamurthi menekankan inovasi hijau perlu menjadi bagian dari transformasi sistemik bangsa.
Menurut Bayu inovasi hijau bukan hanya tentang teknologi baru, tetapi tentang solusi untuk mengatasi masalah dan berkontribusi pada kelestarian kehidupan secara global, tanpa kehilangan akarnya di masyarakat lokal.
"Itulah sebabnya kita perlu memberi apresiasi atas usaha yang dilakukan EHP (Eagle High Plantations) hari ini," kata Bayu.
Baca juga: BWPT peringkat satu inovasi tandan kosong sawit menjadi bio-oil di AS
Baca juga: BWPT Jombang terima dua lukisan QR Art Gus Dur dan Kiai Hasyim
Baca juga: Pakar: PP 45/2025 harus perhatikan keberlanjutan industri sawit
Pewarta: Muhammad Harianto
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.