Pontianak (ANTARA) - Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalimantan Barat (Kalbar) bersama Balai Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya (TNBBBR) dan Yayasan Inisiasi Alam Rehabilitasi Indonesia (YIARI) telah melepasliarkan 82 orang utan hasil rehabilitasi ke kawasan TNBBBR.
"Hingga kini tercatat delapan kelahiran alami dari induk-induk orang utan yang sebelumnya pernah menjalani rehabilitasi. Ini menunjukkan program konservasi orang utan di Kalbar kembali menunjukkan hasil menggembirakan, karena Sejak 2016 kita telah melepasliarkan 82 orang utan hasil rehabilitasi," kata Kepala BKSDA Kalbar Murlan Dameria Pane di Pontianak, Selasa.
Dia menyampaikan capaian ini menjadi bukti bahwa upaya pelepasliaran tidak hanya mengembalikan satwa dilindungi ke habitat alaminya, tetapi juga berhasil mendorong mereka beradaptasi, bertahan hidup, dan berkembang biak secara mandiri di alam liar.
Kelahiran alami orang utan di kawasan TNBBBR, kata dia, menegaskan kualitas ekosistem yang masih mendukung proses reproduksi satwa liar.
Baca juga: Lima orang utan dilepasliarkan di Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya
"Delapan kelahiran alami ini membuktikan bahwa TNBBBR merupakan habitat yang layak, aman, dan mampu mendukung kesejahteraan orang utan. Dengan begitu populasi orang utan di Kalimantan Barat dapat terus bertambah," tuturnya.
Senada dengan itu Kepala Balai TNBBBR Persada Agussetia Sitepu menyebut keberhasilan pelepasliaran tidak lepas dari kerja sama multipihak.
"Keberhasilan orang utan berkembang biak di TNBBBR menunjukkan ekosistem hutan masih terjaga. Kami berterima kasih atas dukungan YIARI serta semua pihak yang konsisten dalam upaya konservasi," katanya.
Ketua Umum YIARI Silverius Oscar Unggul menilai delapan kelahiran alami tersebut sebagai indikator penting keberlangsungan populasi Orang Utan Kalimantan (Pongo pygmaeus), yang saat ini berstatus terancam punah.
Baca juga: Gubernur Kalteng: Pelepasan orang utan upaya jaga warisan alam
"Ini bukti nyata bahwa rehabilitasi dan pelepasliaran tidak berhenti pada pelepasan semata, tetapi juga memastikan keberhasilan generasi baru lahir di alam liar. Hal ini menjadi harapan bagi kelestarian orang utan ke depan," kata dia.
TNBBBR dipilih sebagai lokasi pelepasliaran setelah melalui kajian mendalam. Kawasan ini memiliki populasi orang utan liar yang relatif sedikit, sehingga risiko persaingan antarindividu dapat ditekan. Selain itu TNBBBR kaya akan jenis tumbuhan hutan sebagai sumber pakan alami yang mendukung proses adaptasi satwa.
Orang Utan Kalimantan sendiri berperan penting sebagai penyebar biji dan penopang keseimbangan ekosistem hutan hujan tropis. Namun, populasinya terus menurun akibat deforestasi, perburuan, serta konflik dengan manusia.
Kelahiran delapan bayi orang utan hasil pelepasliaran menjadi penanda bahwa upaya konservasi jangka panjang masih memberikan harapan bagi keberlangsungan satwa kunci Kalimantan ini.
Baca juga: Menhut: Tingkatkan kualitas ekosistem Taman Nasional Sebangau Kalteng
Pewarta: Rendra Oxtora
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.