Jakarta (ANTARA) - Yayasan Peduli Anak memandang bahwa Pusat Kesejahteraan Anak yang hampir rampung dibangun di Sumbawa, Nusa Tenggara Barat (NTB) berpotensi menjadi cetak biru atau acuan nasional untuk upaya perlindungan anak berbasis komunitas di Indonesia.
"Jika kami bisa membuktikan model ini berhasil, maka pendekatan ini bisa direplikasi oleh LSM, komunitas, bahkan pemerintah," kata Chaim Joel Fetter selaku Pendiri Yayasan Peduli Anak dalam keterangan resminya yang diterima di Jakarta, Selasa.
Lebih lanjut, Fetter menyampaikan bahwa proyek Pusat Kesejahteraan Anak yang dikerjakan oleh pihaknya selama hampir lima tahun itu kini 95 persen selesai, dengan fasilitas lengkap, seperti rumah tinggal, sekolah, masjid, klinik kesehatan, sport center, dan kebun organik.
Fetter menegaskan bahwa pendekatan pembangunan pusat kesejahteraan itu mengutamakan keberlanjutan, keterlibatan masyarakat lokal, serta pembentukan lingkungan keluarga yang stabil bagi anak-anak rentan.
Pusat Kesejahteraan Anak Sumbawa dirancang untuk menampung 150 anak penuh waktu dan 150 anak sebagai siswa harian dari desa-desa sekitar. Selain memberikan tempat tinggal, fasilitas ini juga menawarkan pendidikan, layanan kesehatan, makanan bergizi, dan dukungan psikososial terpadu.
Dengan fasilitas seperti dapur umum berkapasitas 900 porsi makanan per hari serta sport center untuk aktivitas fisik anak, pusat ini menjadi contoh nyata bagaimana anak-anak yang terlantar dapat mendapatkan masa kecil yang layak.
Meskipun demikian, sebelum resmi beroperasi, Yayasan Peduli Anak masih menghadapi satu tantangan terakhir, yakni kebutuhan mendesak terkait ranjang dan perabot rumah tangga.
"Bangunannya sudah berdiri. Anak-anak sudah menanti. Yang kurang hanyalah satu tindakan kecil: tempat tidur untuk anak-anak," ujar Fetter.
Hingga kini, lebih dari 8.000 orang Indonesia telah mendukung proyek ini melalui donasi publik, penggalangan dana sekolah, serta kontribusi dari perusahaan-perusahaan nasional dan multinasional.
Fetter berharap, jika pusat ini berhasil beroperasi secara penuh, konsep yang sama dapat diterapkan di daerah-daerah lain di Indonesia, terutama di wilayah dengan tingkat kemiskinan dan keterlantaran anak yang tinggi.
"Bukan hanya tentang Sumbawa. Ini tentang bagaimana Indonesia bisa lebih baik untuk semua anaknya," kata Fetter.
Untuk informasi lebih lanjut atau untuk berkontribusi, masyarakat dapat mengunjungi situs resmi yayasan di pedulianak.org.
Baca juga: Kemenko PMK tekankan sistem perlindungan anak dalam implementasi RBI
Baca juga: Menteri PPPA: Sinergi penting dalam perlindungan perempuan dan anak
Baca juga: Kata ahli hukum, UU Perlindungan Anak perlu direvisi
Pewarta: Tri Meilani Ameliya
Editor: Nurul Hayat
Copyright © ANTARA 2025