Waspadai tanda-tanda penyakit arteri perifer

1 month ago 11

Jakarta (ANTARA) - Penyakit arteri perifer adalah kondisi yang terjadi ketika arteri yang memasok darah ke lengan dan kaki menyempit atau tersumbat karena penumpukan plak.

Menurut siaran Medical Daily pada Selasa (8/4), penyakit ini dapat menyebabkan kehilangan anggota tubuh dan bahkan kematian, tetapi sering kali tidak terdiagnosis dan tidak diobati.

Penyakit arteri perifer dapat berkembang secara diam-diam tanpa tanda-tanda yang jelas, tetapi gejala-gejala tertentu dapat menandakan keberadaannya.

Tanda-tanda umumnya meliputi kaki dingin, nyeri kaki atau kram selama beraktivitas yang dapat mereda setelah istirahat, serta luka pada kaki atau telapak kaki yang tidak kunjung sembuh.

Perubahan fisik pada kaki seperti lemah otot, rambut rontok, kulit yang mengilap atau dingin, dan denyut nadi yang menurun di kaki juga dapat mengindikasikan aliran darah yang memburuk akibat penyakit arteri perifer.

Kondisi ini menjadi lebih umum seiring dengan bertambahnya usia dan terutama lazim di antara orang-orang yang berusia di atas 65 tahun.

Baca juga: Kenali faktor risiko penyakit arteri perifer

​​​​​​​Baca juga: Pemeriksaan USG pembuluh darah bantu deteksi penyakit arteri perifer

Dalam sebuah penelitian baru, para peneliti mengevaluasi lebih dari tujuh ribu pasien dengan penyakit arteri perifer untuk menentukan risiko kematian, tingkat perawatan yang mereka terima, serta risiko mereka mengalami masalah seperti serangan jantung, stroke, dan amputasi anggota tubuh besar.

Para peneliti mendapati bahwa kurang dari sepertiga penderita penyakit arteri perifer menerima perawatan lengkap yang direkomendasikan, dengan 29,6 persen perempuan dan 33,5 persen pria mendapatkan semua perawatan yang diperlukan.

Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa kemungkinan perempuan mengalami komplikasi serius seperti masalah jantung besar atau amputasi anggota tubuh sedikit lebih kecil daripada pria.

Terlepas dari jenis kelamin, pasien memiliki lebih dari 50 persen kemungkinan meninggal akibat penyakit arteri perifer.

"Dalam studi kami, kami menemukan tingkat yang tinggi dari penyakit arteri perifer yang tidak diobati serta tingkat kematian yang lebih tinggi pada pasien ini," kata penulis utama studi, Viet T. Le, profesor madya penelitian kardiovaskular di Intermountain Health.

"Berdasarkan temuan kami, kami pikir sistem kesehatan dapat melakukan pekerjaan yang lebih baik dalam menjaring pasien dengan penyakit arteri perifer dan mengobatinya," katanya.

Ia menyampaikan bahwa setiap orang dengan penyakit arteri perifer harus menerima terapi antiplatelet dan statin, tetapi kenyataannya hanya sekitar satu dari tiga pasien yang benar-benar mendapatkannya.

Baca juga: Hipertensi tidak terkontrol bisa memicu munculnya aneurisma

​​​​​​​Baca juga: Vitamin D dapat cegah risiko penyakit kardiovaskular pada lansia

Penerjemah: Hreeloita Dharma Shanti
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2025

Read Entire Article
Rakyat news | | | |