Jakarta (ANTARA) - Duta Besar Indonesia untuk China, Djauhari Oratmangun, menilai bahwa realokasi industri dari China ke Indonesia berlangsung cukup signifikan.
“Realisasi investasi di kuartal pertama ke Indonesia sudah lebih dari 2 miliar US Dolar (sekitar Rp33 triliun),” kata Djauhari dalam diskusi “KAGAMA Leaders Forum: Trump Effect” di Jakarta, Rabu.
Menurutnya, meski ada banyak peluang yang bisa dimanfaatkan untuk melakukan realokasi industri dari China ke Indonesia, tetap ada hal-hal yang perlu dibenahi oleh Pemerintah Indonesia.
“Ada hal-hal yang perlu kita benahi di dalam negeri dan determinasi dari pemerintah untuk membenahi hal-hal tersebut saya kira juga sangat kuat,” ujar Dubes itu.
Djauhari menambahkan bahwa komunitas internasional, khususnya China, memandang Indonesia sebagai negara dengan kondisi yang cukup baik. Ia juga menyebutkan, terdapat sekitar 10 hingga 15 perusahaan yang menyatakan minat untuk berinvestasi di Indonesia saat dirinya kembali ke Beijing nanti.
Para calon investor menilai bahwa iklim investasi di Indonesia cukup kondusif, dan Pemerintah Indonesia dinilai telah melakukan berbagai upaya nyata untuk mendorong perbaikan di berbagai sektor, ujar Dubes tersebut.
“Kalau kita ‘memotret’ dari luar itu masih banyak yang luar biasa baik (dari Indonesia). Karena itu jangan kaget kalau ada investasi dari China, Hong Kong,” ujar Djauhari.
Selain itu, Djauhari berpendapat bahwa dalam menghadapi dinamika geopolitik saat ini, Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) turut berperan menjaga stabilitas dan tatanan regional yang telah dibangun oleh ASEAN sendiri.
“Itu (tatanan regional ASEAN) juga dilihat oleh ‘major powers’ lainnya. Sekarang ASEAN itu partner dagang perusahaan China. Empat tahun terakhir, kita naikkan hubungannya jadi kemitraan komprehensif strategis,” kata Djauhari.
Dia mengatakan arsitektur regional ASEAN perlu menjadi prioritas utama dalam menghadapi situasi saat ini di mana peran Indonesia dalam arsitektur regional tersebut sangat signifikan.
Duta Besar Indonesia untuk China itu menambahkan bahwa kunjungan Menteri Luar Negeri RI ke berbagai negara merupakan upaya strategis untuk menjaga agar suara Indonesia tetap didengar di forum-forum regional.
“Kalau block effect seperti ini, pendekatan regional seperti ini baik, dan bisa mempengaruhi geopolitik dan geoekonomi. Itu yang dilakukan Indonesia saat ini melalui tangan-tangan diplomasinya,” kata Djauhari.
Dalam diskusi tersebut hadir juga Wakil Menteri Keuangan RI Anggito Abimanyu, Presiden Direktur Toyota Manufacturing Indonesia Nandi Julyanto, Presiden Direktur Graha Ismaya Masrizal A. Syarief serta mantan Gubernur BI Soedradjad Djiwandono.
Baca juga: Wamenperin sebut RI berpeluang besar manfaatkan relokasi pabrik China
Baca juga: DEN: Tren relokasi industri ke RI sudah terlihat, dampak tarif 10% AS
Pewarta: Cindy Frishanti Octavia
Editor: Primayanti
Copyright © ANTARA 2025