Jakarta (ANTARA) - Chikungunya merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh virus chikungunya (Chikungunya virus/CHIKV), yang ditularkan melalui gigitan nyamuk. Penyakit ini telah menyebar di berbagai wilayah dunia, termasuk Afrika, Asia, Eropa, Amerika, serta sejumlah pulau di Samudra Hindia dan Pasifik.
Virus chikungunya termasuk dalam kelompok alphavirus, yang juga mencakup virus lain seperti virus Mayaro dan virus Ross River yang menyebabkan gejala serupa.
Penyebab chikungunya
Chikungunya ditularkan ke manusia melalui gigitan nyamuk yang telah terinfeksi virus. Dua spesies nyamuk yang menjadi vektor utama penyakit ini adalah Aedes aegypti dan Aedes albopictus.
Aedes aegypti dikenal sebagai nyamuk yang berkembang di wilayah tropis dan subtropis. Spesies ini merupakan vektor utama dalam penyebaran chikungunya di Afrika dan Asia.
Aedes albopictus atau nyamuk harimau Asia memiliki daya adaptasi tinggi dan dapat hidup di iklim yang lebih sejuk. Spesies ini menjadi perhatian setelah menjadi vektor penting dalam wabah chikungunya di Pulau Réunion pada tahun 2005.
Virus tidak menyebar langsung dari orang ke orang. Penularan terjadi saat nyamuk menggigit orang yang tengah berada dalam masa viremia—yakni ketika virus masih terdapat dalam darah, terutama pada hari-hari awal gejala muncul—kemudian menyebarkannya kepada orang lain melalui gigitan berikutnya.
Selain melalui gigitan nyamuk, penyebaran virus chikungunya juga dapat terjadi melalui:
- Transfusi darah dari orang yang terinfeksi,
- Kontak dengan darah di laboratorium,
- Prosedur pengambilan darah dari pasien yang terinfeksi.
Namun, virus tidak dapat ditularkan melalui batuk, bersin, atau sentuhan langsung antarindividu.
Baca juga: Seratusan warga empat desa di Kabupaten Ngawi terjangkit chikungunya
Gejala chikungunya
Penyakit chikungunya biasanya mulai dirasakan dua hingga tujuh hari setelah gigitan nyamuk yang terinfeksi. Gejala khas yang paling umum adalah:
- Demam tinggi secara tiba-tiba
- Nyeri sendi yang parah, terutama pada tangan, kaki, lutut, dan pergelangan
- Kelelahan atau lemas
- Nyeri otot
- Sakit kepala
- Ruam kulit.
Sebagian besar penderita dapat sembuh sepenuhnya dalam waktu tiga hingga sepuluh hari. Namun, pada beberapa kasus, terutama pada lansia, nyeri sendi dapat berlangsung lebih lama, bahkan hingga berbulan-bulan atau bertahun-tahun.
Meskipun kasus kematian akibat chikungunya tergolong jarang, infeksi ini dapat berakibat lebih serius pada orang yang berusia lanjut atau yang memiliki penyakit penyerta seperti diabetes dan gangguan jantung.
Baca juga: Penderita chikungunya Madiun capai 313 orang
Penanganan dan pencegahan
Hingga kini, belum tersedia vaksin maupun obat antivirus khusus untuk mengobati chikungunya. Oleh karena itu, penanganan chikungunya difokuskan pada perawatan suportif untuk meredakan gejala, seperti:
- Istirahat yang cukup
- Menjaga asupan cairan tubuh agar tidak dehidrasi
- Mengonsumsi obat penurun demam dan pereda nyeri, sesuai petunjuk dokter
Masyarakat juga perlu meningkatkan kewaspadaan dengan melakukan langkah-langkah pencegahan, seperti:
- Menghindari gigitan nyamuk dengan menggunakan kelambu atau lotion antinyamuk
- Menguras tempat penampungan air secara rutin
- Menutup rapat tempat penampungan air
- Menjaga kebersihan sanitasi
- Menyingkirkan barang-barang yang berpotensi menjadi sarang nyamuk
- Memasang kawat nyamuk pada ventilasi rumah
Penting bagi masyarakat untuk mengenali gejala serta memahami cara penularan, dan menerapkan tindakan pencegahan sejak dini agar terhindar dari chikungunya.
Baca juga: Dinkes Cianjur catat jumlah warga terserang Chikungunya jadi 43 orang
Pewarta: Raihan Fadilah
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.