Jakarta (ANTARA) - Wakil Menteri Lingkungan Hidup (LH) Diaz Hendropriyono mendukung gerakan Eco-Dhamma yang diusung Persatuan Umat Buddha Indonesia (Permabudhi) dalam upaya meningkatkan partisipasi umat Buddha dalam pelestarian lingkungan hidup.
"Jakarta, Semarang, dan Makassar, kini panas bukan sekadar karena musim, tetapi karena bencana iklim akibat aktivitas manusia. Kita semua punya andil," kata Wamen LH/Wakil Kepala Badan Pengendalian Lingkungan Hidup (BPLH) Diaz dalam pernyataan di Jakarta, Senin.
Wamen LH Diaz mengapresiasi langkah strategis Permabudhi dan menilai Eco-Dhamma merupakan gerakan yang sangat relevan dalam menghadapi krisis iklim saat ini.
Ia mengatakan krisis iklim terjadi karena berbagai aktivitas manusia, mulai dari penggunaan listrik, konstruksi, transportasi, hingga pengelolaan sampah, yang berkontribusi terhadap peningkatan emisi gas rumah kaca.
Diaz mengingatkan satu ton sampah bisa menghasilkan 1.700 kg CO2 ekuivalen. Sementara itu sejumlah kota besar menghasilkan jumlah sampah sangat besar per hari, termasuk di Jakarta 7.500 ton, Bandung 2.500 ton, dan Makassar 1.000 ton.
Baca juga: KLH identifikasi isu lingkungan di perkotaan soal sampah hingga polusi
Hal itu disampaikan Wamen LH saat peluncuran Gerakan Eco-Dhamma pada penutupan rangkaian Musyawarah Kerja Nasional (Mukernas) Permabudhi 2025 yang dihadiri oleh perwakilan dari 37 provinsi di Makassar, Sulawesi Selatan.
Gerakan Eco-Dhamma merupakan program berbasis spiritualitas dan ekologi dari Permabudhi, yang bertujuan mendorong partisipasi umat Buddha dalam pelestarian lingkungan hidup.
Terkait program Eco-Dhamma, Wamen LH Diaz menyatakan komitmen KLH/BPLH untuk memberikan dukungan penuh, termasuk melalui pendampingan teknis dalam pengelolaan sampah berbasis komunitas.
"Termasuk potensi pembentukan bank sampah dan kerja sama dengan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) serta Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD)," katanya.
Baca juga: Riset temukan peran institusi agama dukung inovasi lingkungan lokal
Dalam kesempatan yang sama, Ketua Umum Permabudhi Philip K. Widjaja menekankan Eco-Dhamma adalah bentuk harmonisasi antara ajaran Buddha dengan semangat pelestarian alam. Dia menyebut gerakan itu sebagai upaya kolektif untuk mendorong perubahan perilaku berbasis spiritualitas.
"Konsep ekologi ini kami angkat sesuai ajaran agama. Kami ingin menyelaraskan arah pembangunan baik fisik maupun spiritual," jelasnya.
Sejak berdiri pada 2019 Permabudhi aktif dalam berbagai kegiatan yang mendukung Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs). Kegiatannya meliputi pendirian eco-vihara (tempat ibadah ramah lingkungan), kampanye eco-enzyme untuk pengelolaan limbah organik, serta keterlibatan dalam Interfaith Rainforest Initiative (IRI) untuk perlindungan hutan tropis Indonesia.
Baca juga: Permabudhi buat program sosial dan peduli lingkungan bagi warga Bali
Pewarta: Prisca Triferna Violleta
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.