Jakarta (ANTARA) - Anggota Komisi I DPR RI Nurul Arifin menilai pidato Presiden Prabowo Subianto di Sidang Majelis Umum ke-80 PBB menjadi momentum penting kembalinya politik luar negeri bebas aktif dan nonblok Indonesia di panggung global.
Nurul mengatakan pidato Prabowo yang berlangsung sekitar 19 menit itu kuat secara substansi sekaligus mengingatkan publik pada pidato Presiden Soekarno di forum internasional. Menurutnya, gaya penyampaian yang tegas dan ekspresif membuat Indonesia kembali diperhitungkan dunia.
“Judulnya hadirnya Prabowo di PBB, betul banget buat saya ini pidato the best ever untuk Indonesia, sangat powerful speech,” ungkap Nurul dalam diskusi Dialektika Demokrasi di Kompleks Parlemen, Jakarta, Kamis.
Ia menambahkan sikap politik bebas aktif Indonesia terlihat jelas dalam pernyataan Presiden mengenai penyelesaian konflik Palestina melalui solusi dua negara. Narasi tersebut sejalan dengan amanat konstitusi yang menolak penjajahan serta mendukung perdamaian abadi dan keadilan sosial.
Nurul menilai politik merangkul yang disampaikan Prabowo, tanpa menganjurkan kekerasan, mencerminkan sikap negarawan yang sejalan dengan prinsip nonblok serta nilai universal bangsa Indonesia.
Pengamat politik Citra Institute, Efriza, menilai pidato Prabowo menghidupkan kembali warisan Presiden Soekarno dan Sutan Sjahrir yang menekankan bahwa nasionalisme Indonesia harus berjalan bersama internasionalisme.
“Prabowo mengambil momentum sebagai pemimpin dengan dasar moral, tepat di tengah krisis global. Diplomasi non-blok kembali menjadi nafas politik luar negeri Indonesia,” kata Efriza.
Pidato Presiden Prabowo juga menuai apresiasi dunia, mulai dari standing applause para pemimpin dan delegasi hingga pujian Presiden Amerika Serikat Donald Trump yang menyebut pidato tersebut sebagai capaian besar.
Menurut Efriza, momentum itu memperlihatkan Indonesia tidak lagi sekadar menjadi pengikut, tetapi tampil sebagai aktor global dengan gagasan konstruktif untuk menjaga perdamaian dunia.
Meski demikian, Efriza mengingatkan tantangan Indonesia ada pada konsistensi tindak lanjut agar narasi besar tidak berhenti pada retorika. Implementasi di level kebijakan domestik dan diplomasi lanjutan perlu segera ditunjukkan.
Keduanya mengajak publik tetap optimistis karena penghormatan internasional yang diterima Indonesia saat ini harus dijaga bersama melalui politik luar negeri yang konsisten dan inklusif.
Pewarta: Aria Ananda
Editor: Hisar Sitanggang
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.