Jakarta (ANTARA) - Pidato Presiden Prabowo Subianto di Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menunjukkan semangat internasionalisme dan menawarkan solusi bagi permasalahan dunia, kata pendiri Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) Dino Patti Djalal.
“Beliau menekankan secara elegan bahwa negara-negara dan umat manusia harus bersatu untuk perdamaian dunia. Ada kedewasaan berpikir dan sikap kenegarawanan yang ditunjukkan beliau,” kata Dino, menurut pernyataan tertulis yang diterima di Jakarta, Kamis.
Menurut dia, pidato Prabowo menampilkan pandangan yang kontras namun tulus, nyata, dan konstruktif, serta bersih dari caci-maki ataupun meremehkan pihak-pihak lain.
Ia lantas mengkontraskan pernyataan Prabowo dengan Presiden Amerika Serikat Donald Trump yang dalam pidatonya selama hampir sejam itu merendahkan negara-negara lain dan terlalu banyak mengagung-agungkan diri.
“Ini kontras dengan pidato Presiden Trump yang banyak memuji diri sendiri dan mengucapkan hal-hal yang merendahkan orang lain,” kata dia.
Posisi internasionalis Prabowo turut ditunjukkan dengan penekanan dia terhadap pentingnya peran Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) bagi dunia, meski saat ini PBB “sedang babak belur” akibat rivalitas antara negara-negara besar yang menyebabkan agenda besar dalam skala global terbengkalai.
“Saya senang sekali Presiden mengingatkan dunia bahwa dalam usianya yang ke-80 tahun ini, PBB masih sangat penting bagi percaturan politik dunia,” kata mantan wakil menteri luar negeri RI itu.
“Bahkan, beliau menghubungkan peran PBB yang membantu perjuangan Indonesia saat mencapai kemerdekaan ataupun di bidang pembangunan ekonomi,” ujar Dino, menambahkan.
Ia pun menyoroti komitmen Indonesia terhadap cita-cita emisi nol pada 2060 serta pengembangan energi terbarukan yang disampaikan Presiden Prabowo mencerminkan andil Indonesia sebagai pemberi solusi terhadap masalah perubahan iklim di tingkat global.
“Dalam pidatonya, Presiden Prabowo menyatakan bahwa Indonesia sudah siap untuk menjadi salah satu pelopor dunia di bidang diplomasi perubahan iklim dan transisi net zero yang nyata,” kata dia.
Menurut dia, hal tersebut sangat penting karena umat manusia saat ini sedang berada dalam dekade krisis perubahan iklim.
Dino meyakini bahwa pidato Presiden Prabowo di depan Majelis Umum PBB pada 23 September tersebut menjadi pidato yang bersejarah dan akan selalu diingat oleh masyarakat baik di Indonesia maupun di dunia.
Pada sesi Debat Umum di Sidang Majelis Umum ke-80 PBB di New York, Amerika Serikat, Presiden Prabowo Subianto menyampaikan pidatonya yang berjudul "Seruan Indonesia untuk Harapan" dengan durasi 19 menit lebih. Dalam pidatonya, Presiden Prabowo antara lain berbicara soal isu kemanusiaan, khususnya masalah Palestina, solidaritas internasional, dan pembangunan berkelanjutan.
Baca juga: Komisi I DPR: Pidato Prabowo di PBB menghidupi politik bebas aktif
Baca juga: Pidato Prabowo di PBB, solidaritas Palestina dan diplomasi gaya baru
Pewarta: Nabil Ihsan
Editor: Arie Novarina
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.