Malang (ANTARA) - Wakil Ketua Dewan Pengawas Danantara, Muliaman Darmansyah Hadad menilai perekonomian Indonesia membutuhkan mesin penggerak baru di luar Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) untuk menembus stagnasi pertumbuhan di angka lima persen.
"Pertumbuhan ekonomi kita terlalu lama tertahan di sekitar lima persen, karena tumpuannya hanya pada APBN," katanya dalam kuliah umum "Peran Danantara dalam Meningkatkan Kualitas Ekonomi Indonesia: Membangun Generasi Emas, Berdaya & Mandiri di Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Kamis.
Indonesia, lanjutnya, butuh mesin ekonomi kedua yang bisa menggerakkan produktivitas, mengonsolidasikan aset negara, dan menyalurkannya ke investasi jangka panjang agar memberi manfaat nyata bagi masyarakat.
Oleh karena itu, kata Muliaman, Danantara Indonesia dibentuk sebagai Sovereign Wealth Fund (SWF) atau dana kekayaan negara yang berfungsi mengelola aset dan dividen dari BUMN secara lebih produktif.
Baca juga: Menkop mempercepat pembangunan kopdes agar siap beroperasi Maret 2026
Langkah ini, katanya, menjadi strategi penting dalam memperkuat fondasi ekonomi nasional yang berorientasi pada keberlanjutan dan kemakmuran lintas generasi.
Ia mengatakan, Danantara hadir bukan sebagai lembaga baru semata, melainkan sebagai instrumen pembangunan untuk mengakselerasi pertumbuhan ekonomi dan menyiapkan tabungan jangka panjang bagi bangsa.
Ia menambahkan, yg Danantara memiliki peran penting dalam mentransformasi aset-aset BUMN yang nilainya jika dikonsolidasikan mencapai sekitar satu triliun dolar AS.
BUMN, selama ini merupakan aset negara yang dipisahkan (sovereign asset), dan melalui Danantara diharapkan bisa memberikan sumbangsih ekonomi yang lebih besar bagi pembangunan nasional.
Baca juga: Danantara sebut negosiasi restrukturisasi utang KCIC masih berlangsung
Lembaga ini juga mengadopsi prinsip-prinsip tata kelola global (Santiago Principles) untuk menjamin transparansi dan akuntabilitas dalam setiap kebijakan investasinya.
“BUMN adalah aset negara yang harus produktif. Tugas Danantara adalah memastikan aset-aset itu tidak lagi menjadi beban, tetapi justru menjadi kekuatan baru untuk membangun ekonomi nasional yang berdaya dan mandiri,” ujarnya.
Muliaman menjabarkan empat alasan fundamental dibentuknya lembaga SWF, yakni sebagai tabungan antar-generasi, sarana diversifikasi aset, pendorong pembangunan ekonomi, serta mekanisme untuk memaksimalkan hasil investasi jangka panjang.
Berbeda dengan negara-negara penghasil minyak, seperti Norwegia atau Uni Emirat Arab, Indonesia membangun SWF berbasis non-komoditas, dengan fokus pada hasil usaha BUMN dan aset-aset domestik yang dikelola secara profesional.
Baca juga: Pengamat nilai investasi Danantara di SBN wajar
Menurutnya, Danantara menempatkan investasi pada delapan sektor prioritas, yakni energi terbarukan, mineral dan pertambangan, infrastruktur digital, jasa keuangan, kesehatan, pangan, serta kawasan industri dan properti.
Arah kebijakan tersebut diharapkan dapat memperkuat kemandirian ekonomi sekaligus mempercepat transformasi menuju Indonesia Emas 2045.
“Sumber kekuatan kita bukan minyak atau gas, melainkan kreativitas dan produktivitas bangsa sendiri. Karena itu, Danantara berfokus domestik, namun tetap membuka ruang bagi investor global untuk berkolaborasi,” ujarnya.
Sementara itu, Wakil Rektor II UMM bidang Umum dan Keuangan, Dr Ahmad Juanda, Ak., M.M., C.A., menyampaikan bahwa UMM mendukung penuh visi pembangunan nasional melalui peran pendidikan dan penguatan SDM.
Ia menegaskan bahwa UMM berkomitmen menjadi bagian dari ekosistem pembangunan ekonomi bangsa.
“Melalui Center of Future Work (CFW) dan Center of Excellence (CoE), UMM berupaya menyiapkan lulusan yang proaktif, tidak hanya siap kerja, tetapi juga mampu menciptakan kerja. Semangat yang dibawa Danantara untuk membangun ekonomi mandiri sejalan dengan misi UMM sebagai kampus berdampak, yang terus berkontribusi menuju terwujudnya Indonesia Emas 2045,” ujarnya.
Dengan hadirnya kuliah umum ini, mahasiswa diharapkan dapat memahami bagaimana arah kebijakan investasi nasional dan peran Danantara sebagai bagian penting dalam memperkuat ekonomi bangsa.
Kolaborasi antara dunia akademik dan lembaga strategis seperti Danantara menjadi kunci untuk membangun generasi emas yang berdaya, mandiri, dan siap menghadapi tantangan global.
Pewarta: Endang Sukarelawati
Editor: Abdul Hakim Muhiddin
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.


















































