Vale Indonesia upayakan efisiensi belanja modal untuk tekan pendanaan

1 month ago 15
Angka 1–1,2 (miliar dolar AS) itu sangat tergantung dari beberapa kondisi, kan. Project itu ternyata capex-nya bisa diefisienkan,

Jakarta (ANTARA) - Presiden Direktur PT Vale Indonesia Bernardus Irmanto mengupayakan efisiensi belanja modal (capital expenditure/capex) untuk menekan kebutuhan pendanaan sebesar 1–1,2 miliar dolar AS hingga 2027.

“Angka 1–1,2 (miliar dolar AS) itu sangat tergantung dari beberapa kondisi, kan. Project itu ternyata capex-nya bisa diefisienkan,” ucap Anto, sapaan akrab Irmanto, dalam konferensi pers seusai Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) PT Vale di Jakarta, Senin.

Anto menjelaskan bahwa dalam proyek Pomalaa, Sulawesi Tenggara, utamanya di kegiatan penambangan, sudah banyak efisiensi yang dilakukan.

Efisiensi itulah, tutur dia, yang menyebabkan Vale bisa membayarkan dividen di tengah situasi pasar nikel yang kurang baik.

Baca juga: Vale Indonesia: ESDM setujui penjualan 2,2 juta ton biji saprolite

“Jadi beberapa rencana capital kami untuk tambang itu bisa kami realisasikan dengan angka yang lebih rendah, dengan kualitas yang sama atau bahkan lebih baik,” ucapnya.

Selain itu, kebutuhan pendanaan juga bisa ditekan apabila suasana pasar nikel membaik. Oleh karena itu, kebutuhan pendanaan sebesar 1–1,2 miliar dolar AS masih bersifat dinamis.

“Jadi, itu (1–1,2 miliar dolar AS) angka konservatif, lah,” kata Anto.

Sebelumnya, Head of Corporate Finance and Investor Relation Vale Indonesia Andaru Brahmono Adi menyampaikan PT Vale Indonesia Tbk (kode saham: INCO) membidik pendanaan eksternal antara 1–1,2 miliar dolar Amerika Serikat (AS) secara bertahap hingga 2027 untuk membiayai pengembangan tiga proyek tambang nikel di Bahodopi, Pomalaa, dan Sorowako.

Baca juga: Vale buka potensi kerja sama dengan Korsel di Sulawesi Tengah

Selain proyek tambang, pendanaan tersebut juga akan digunakan untuk mendukung pembangunan fasilitas pengolahan nikel berteknologi high pressure acid leaching (HPAL) yang dijalankan bersama sejumlah mitra strategis.

“Betul bahwa kami memang memerlukan dana kurang lebih 1–1,2 miliar dolar dan itu akan terbagi menjadi beberapa fase. Jadi saat ini kita masih lakukan perhitungan, analisa internal, struktur apa yang terbaik untuk perusahaan ke depannya,” kata Andaru saat dijumpai media di Jakarta, Jumat (18/7).

Dari total pendanaan yang dibutuhkan tersebut, tahap awal sekitar 500 juta dolar AS rencananya diperoleh melalui pinjaman bank pada 2026.

Sedangkan sisanya antara 500–700 juta dolar AS berpotensi dihimpun melalui penerbitan obligasi pada 2027.

Baca juga: ESDM tegaskan PT Vale Pomalaa jual ore nikel setelah kantongi RKAB

Pewarta: Putu Indah Savitri
Editor: Abdul Hakim Muhiddin
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

Read Entire Article
Rakyat news | | | |