Depok (ANTARA) - Kolaborasi akademis antara Universitas Indonesia (UI), Institut Teknologi Bandung (ITB), dan Universitas Diponegoro (Undip) menghasilkan teknologi berupa filter air portabel berbasis nanomaterial yang mampu menghilangkan 90 persen bakteri.
Peneliti dari UI Dr. Ir. Jaka Fajar Fatriansyah di Kampus UI Depok, Selasa, menjelaskan inovasi tersebut tidak hanya berfokus pada pemurnian air, tetapi juga keberlanjutan dan dampak jangka panjang.
“Teknologi ini dapat mengurangi ketergantungan pada sistem penyediaan air yang mahal dan kurang ramah lingkungan. Kami ingin memastikan bahwa teknologi ini benar-benar memberikan dampak positif dan bisa digunakan secara luas oleh masyarakat,” kata Dr. Jaka.
Menurut Dr. Damar Rastri Adhika dari ITB, nanopartikel dalam inovasi filter tersebut bekerja sebagai fotokatalis yang mampu mengurai polutan secara efektif.
Selain itu, sifat antimikroba yang terdapat dalam filter itu dapat membuat air menjadi lebih aman digunakan untuk kebutuhan sehari-hari, salah satunya untuk mencuci.
“Ini adalah langkah nyata dalam memberikan solusi bagi masyarakat yang menghadapi permasalahan air bersih. Saya berharap kolaborasi ini terus berlanjut agar lebih banyak inovasi bermanfaat yang lahir di berbagai bidang,” kata Dr. Damar.
Sementara itu, Dr. Qidir Maulana Binu Soesanto dari Undip menyampaikan bahwa filter nanomaterial tersebut berpotensi besar diterapkan di banyak daerah terpencil lainnya.
“Dengan penggunaan nanomaterial yang ramah lingkungan, kami tidak hanya menawarkan solusi praktis, tetapi juga mengurangi dampak negatif yang biasanya ditimbulkan oleh teknologi pengolahan air konvensional,” kata Dr. Qidir.
Baca juga: BTIKK kembangkan pot filter keramik ubah air payau jadi air minum
Inovasi filter tersebut merupakan teknologi tepat guna yang murah, efisien, dan ramah lingkungan, dengan cara menggabungkan dua tahap filtrasi.
Pertama, inovasi tersebut menggunakan pasir aktif dan karbon aktif untuk menghilangkan partikel besar.
Kedua, filter itu menerapkan teknologi mutakhir berupa lampu ultraviolet (UV) serta nanopartikel yang berfungsi mendekontaminasi polutan berbahaya, seperti pewarna limbah pabrik, logam berat, dan mikroplastik.
Meskipun teknologi itu terbukti efektif membunuh bakteri hingga 90 persen, namun masih belum memenuhi standar ISO untuk air minum.
Inovasi filter air itu dikenalkan kepada masyarakat melalui kegiatan penyuluhan di Kantor Desa Gunung Putri, Kecamatan Gunung Putri, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, pada Rabu (20/8).
Kegiatan itu sebagai bagian dari rangkaian program Pengabdian Masyarakat Kolaborasi Indonesia (PMKI) 2025.
Selama in, masyarakat Desa Gunung Putri dikenal cukup kesulitan mendapatkan air bersih karena kualitas air di daerah tersebut tercemar logam berat dan mikroplastik.
Hal itu kemudian menjadi perhatian para peneliti dari UI, ITB, dan Undip, bersama dengan para mahasiswanya, mengembangkan inovasi filter air portabel berbasis nanomaterial.
Desa Gunung Putri memang memiliki sumber mata air alami. Namun, kualitas air yang terkontaminasi logam, seperti besi serta mikroplastik, membuat air tersebut tidak layak untuk digunakan dalam kehidupan sehari-hari masyarakat setempat.
Baca juga: PLTA Saguling berfungsi sebagai filter air di Sungai Citarum
Kini, dengan adanya filter nanomaterial portabel tersebut, masyarakat dapat memanfaatkan air untuk berbagai kebutuhan non-konsumsi serta memberikan solusi praktis atas masalah air bersih yang selama ini menjadi kendala.
Pewarta: Feru Lantara
Editor: Bambang Sutopo Hadi
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.