Badan Kemanusiaan PBB sebut jalur kehidupan sipil di Gaza runtuh

1 hour ago 2

PBB (ANTARA) - Sejumlah badan kemanusiaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyebutkan bahwa jalur kehidupan sipil terakhir yang tersisa di Gaza City kini runtuh seiring serangan militer Israel yang terus memicu lebih banyak korban jiwa, pengungsian massal, kehancuran, dan pembatasan yang semakin ketat terhadap pekerjaan kemanusiaan.

Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA) menyatakan bahwa hanya dalam lima hari terakhir, 11 tempat penampungan darurat yang menampung sekitar 11.000 orang di Gaza City telah terkena serangan langsung maupun tidak langsung.

Tempat penampungan tersebut berada di bawah naungan Badan Bantuan PBB untuk Pengungsi Palestina di Kawasan Timur Tengah (UNRWA).

OCHA menyebutkan bahwa para mitranya yang memantau pergerakan penduduk melaporkan bahwa jumlah pengungsi internal di Jalur Gaza meningkat dengan cepat, kini melampaui 1 juta orang sejak gencatan senjata kolaps pada pertengahan Maret.

Hingga Rabu (17/9), tercatat ada 200.000 pengungsian dari utara ke selatan Gaza dalam satu bulan terakhir, termasuk 56.000 sejak Minggu (14/9).

"OCHA sangat prihatin atas semakin banyaknya laporan tentang keluarga-keluarga pengungsi yang tidur di jalan atau di tenda darurat dan berjuang mati-matian untuk bertahan hidup," kata kantor tersebut.

OCHA menyebutkan bahwa meski menghadapi pembatasan ketat, PBB dan para mitranya melakukan segala upaya untuk menjangkau masyarakat di seluruh Gaza dengan bantuan penyelamat nyawa.

OCHA mengatakan upaya mereka untuk memberikan bantuan bukanlah berjalan tanpa hambatan. Zikim, yang merupakan satu-satunya jalur penyeberangan langsung ke utara, wilayah yang dinyatakan mengalami kelaparan, telah ditutup sejak akhir pekan.

OCHA juga mengungkapkan bahwa otoritas Israel mengklasifikasikan beberapa jenis makanan, seperti selai kacang, sebagai "barang mewah" yang tidak diizinkan masuk, sehingga banyak bantuan yang sudah diperoleh tertahan di luar Gaza.

Aturan inspeksi yang berbeda-beda di setiap jalur masuk menciptakan ketidakpastian dan keterlambatan yang tidak perlu.

OCHA mengatakan bahwa di dalam Gaza sendiri, beberapa pergerakan kemanusiaan juga dihalangi.

Pada Rabu, tiga dari 14 pergerakan terkoordinasi ditolak, termasuk dua misi yang dimaksudkan untuk mengirim makanan ke wilayah utara. Dua misi lainnya menghadapi hambatan yang menyebabkan misi tersebut hanya dapat dilakukan sebagian atau bahkan tidak dapat dilaksanakan sama sekali.

OCHA menyatakan segala hambatan ini membuang waktu dan sumber daya manusia, menghilangkan kesempatan untuk menjangkau mereka yang membutuhkan, dan membuat pekerja bantuan menghadapi risiko yang tidak perlu.

"Bantuan yang berhasil sampai ke masyarakat sangat jauh dari cukup, dan konsekuensi dari itu adalah hilangnya nyawa," kata kantor itu. "OCHA memperingatkan bahwa kesempatan yang ada untuk membantu warga yang kelaparan dihalangi secara sistematis. Setiap pekan, pembatasan baru diberlakukan."

OCHA pada Kamis merilis ringkasan mengenai bantuan yang berhasil disalurkan oleh badan dunia tersebut dan para mitranya sepanjang paruh pertama bulan ini.

Untuk mengatasi kelaparan dan kerawanan pangan, tutur OCHA, tim kemanusiaan berhasil mengumpulkan lebih dari 12.500 ton tepung gandum, paket makanan, dan pasokan dalam jumlah besar dari penyeberangan yang dikendalikan Israel.

Mereka menyajikan hampir 560.000 porsi makanan setiap hari melalui 116 dapur umum dan menyediakan 10.000 potong roti untuk para pengungsi yang bergerak ke selatan.

Dikatakan OCHA, untuk menangani kasus malanutrisi, PBB dan para mitranya terus melakukan pemeriksaan terhadap anak-anak dan mendaftarkan mereka untuk pengobatan.

Dana Anak-Anak PBB (UNICEF) melaporkan telah mengirim lebih dari 200.000 paket makanan bayi kaya nutrisi kepada sejumlah mitra, cukup untuk kebutuhan lebih dari 63.000 bayi dan balita selama dua pekan. Mereka juga mengirim 10.000 kotak biskuit yang kaya akan energi tinggi, cukup untuk membantu lebih dari 10.000 ibu hamil dan menyusui yang mengalami malanutrisi akut selama satu bulan.

"Kita membutuhkan gencatan senjata, kita membutuhkan ratusan truk bantuan setiap hari, jalur yang aman dan terbuka. Kita membutuhkan diakhirinya hambatan birokrasi. Kita butuh pemulihan aliran listrik dan air, serta lebih banyak impor komersial yang bermakna," kata Stephane Dujarric, kepala juru bicara Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres, dalam jumpa pers rutin.

"Kita membutuhkan pembebasan semua sandera yang masih ditahan di Gaza oleh Hamas dan kelompok-kelompok lain, segera dan tanpa syarat. Dan kita membutuhkan pembebasan warga Palestina yang ditahan secara sewenang-wenang di berbagai pusat penahanan Israel," imbuhnya.

Pewarta: Xinhua
Editor: Imam Budilaksono
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

Read Entire Article
Rakyat news | | | |