Singkawang (ANTARA) - Tenun Songket dan tenun Tual bermotif etnis Melayu, Dayak dan Tionghoa (Tidayu) karya Nurhayadi asal Kelurahan Sijangkung, Singkawang Selatan, Kalimantan Barat mampu menembus pasar internasional seperti Eropa dan Jepang.
Dia mengatakan, produk kain tenun karyanya tersebut dipasarkan dalam bentuk set kain tapih, selendang syal dan tanjak.
"Motif beragam seperti bunga anggrek, sisik naga, seluruhnya dikerjakan menggunakan mesin tenun tradisional," ujarnya di Singkawang, Kamis.
Kain tenun tersebut, kata dia, berbeda dengan tenun daerah lainnya karena motif dan bahannya menggunakan benang katun. Sementara yang lain bisa pakai benang emas.
Dia mengatakan, produk tenun karyanya sudah dipasarkan ke Jerman dan Jepang.
“Motif paling laris dan sudah tembus mancanegara itu motif anggrek,” ujarnya.
Baca juga: Majelis Daerah Bau Malaysia pelajari pariwisata Singkawang
Ia mengakui, selama ini usahanya terkendala bahan baku, sehingga pengerjaan satu kain bisa memakan waktu dua bulan sejak pemesanan.
"Disini tidak ada produk yang siap, kami kerja pas ada pesanan. Satu kain itu bisa habiskan waktu dua bulan, karena benang kayunya, kami harus pesan ke Bali atau Bandung," katanya.
Selain bahan baku, jumlah karyawan dan tempat usaha yang masih terbatas menjadi kendala dalam memproduksi tenun. Untuk mempercepat produksi, kadang tenun dikerjakan di rumah karyawan.
Sementara itu, Lurah Sijangkung Kecamatan Singkawang Selatan, Kristiana Yuniarti meminta bantuan Pemkot dalam mempromosikan tenun karya salah satu warganya.
Baca juga: Perempuan penjaga tradisi kain Pantang Sintang
Selain gencar melalui media sosial, harapannya, tenun karya Nurhayadi dapat dipergunakan dalam acara resmi Pemkot Singkawang.
“Semoga Pemkot bisa membantu mempromosikan produk bu Adi (sapaan akrabnya ), minimal lewat acara resmi Pemkot Singkawang, ada yang menggunakan kain atau syal dari penenun asal Sijangkung ini,” ujarnya.
Baca juga: Sekjen MPR: Tenun Garut punya prospek bagus
Pewarta: Narwati
Editor: Abdul Hakim Muhiddin
Copyright © ANTARA 2025