Banjarmasin (ANTARA) - Yayasan Sahabat Bekantan Indonesia (SBI) dan PT Bridgestone Mining Solutions Indonesia (BMSI) menanam 250 batang rambai guna memulihkan ekosistem mangrove sebagai habitat hewan endemik yakni bekantan di Pulau Curiak, Barito Kuala, Kalimantan Selatan.
“Kami sangat mengapresiasi PT BMSI untuk menjadikan kami mitra dalam program konservasi ini. Pulau Curiak merupakan salah satu benteng terakhir bagi populasi bekantan, sehingga upaya rehabilitasi habitat dengan penanaman mangrove rambai sangat penting,” kata Ketua Yayasan SBI Amalia Rezeki di Banjarmasin, Selasa.
Ia menegaskan melalui kolaborasi bersama dunia usaha, program ini akan memberikan dampak bagi keberlangsungan bekantan dan masyarakat sekitar yang turut merasakan manfaat dari ekosistem yang sehat.
Program ini merupakan bagian dari implementasi Bridgestone E8 Commitment, yakni Energy, Ecology, Efficiency, Extension, Economy, Emotion, Ease, dan Empowerment, sebuah kerangka kerja berkelanjutan yang memuat delapan nilai sebagai panduan kontribusi perusahaan untuk masyarakat dan lingkungan hingga 2030
General Manager Administrative Division PT BMSI Ina Rosalinda menjelaskan nilai-nilai tersebut menjadi dasar dalam setiap langkah serta inisiatif lingkungan yang dijalankan secara konsisten.
Dia berharap kolaborasi ini dapat memberikan kontribusi nyata terhadap keseimbangan ekosistem dan pelestarian lingkungan serta keberlanjutan kehidupan satwa liar di Indonesia, khususnya bekantan sebagai ikon fauna di Pulau Kalimantan.
Ina menuturkan bahwa Pulau Curiak merupakan habitat alami monyet bekantan, satwa endemik Kalimantan yang saat ini berstatus terancam punah. Karena itu, penanaman mangrove rambai akan meningkatkan kualitas ekosistem pulau dan semakin terjaga guna mendukung keberlangsungan populasi bekantan.
Baca juga: SBI tanam 4.000 rambai pulihkan ekosistem mangrove Pulau Curiak
Dalam pelaksanaan program Corporate Social Responsibility (CSR) ini, PT BMSI dan SBI fokus pada pelestarian habitat monyet bekantan (Nasalis larvatus), serta penyelenggaraan program edukatif "Sekolah Konservasi”.
Program ini melibatkan mahasiswa Universitas Lambung Mangkurat secara aktif melalui diskusi, penyampaian materi, dan praktik lapangan mengenai pentingnya menjaga ekosistem mangrove.
Dengan adanya Sekolah Konservasi, dia juga berharap generasi muda dapat meningkatkan kepedulian terhadap satwa endemik serta berkontribusi nyata dalam upaya konservasi lingkungan.
Ina mengungkapkan sejak 2018, pihaknya rutin melaksanakan program CSR dengan fokus pada sektor lingkungan, pada 2025 memilih pelestarian monyet bekantan karena habitatnya berada di Kalimantan, yang juga merupakan area penting bagi sektor pertambangan dan industri alat berat.
“SBI adalah mitra yang tepat untuk merealisasikan program ini, karena mereka memiliki dedikasi dalam melindungi satwa endemik. Dengan menanam mangrove rambai, kami bersama SBI berupaya memperkuat ketahanan ekosistem sekaligus memperkaya keanekaragaman hayati di Pulau Curiak,” ujar Ina.
Baca juga: Peneliti Wageningen University Belanda pelajari bekantan Pulau Curiak
Baca juga: Sahabat Bekantan Indonesia gelar sekolah konservasi di Pulau Curiak
Pewarta: Tumpal Andani Aritonang
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.