Saham AS melemah seiring investor pantau perundingan dagang China-AS

1 day ago 5

New York City (ANTARA) - Saham-saham Amerika Serikat (AS) ditutup melemah pada Rabu (11/6), seiring para investor merespons laporan inflasi yang lebih rendah dari perkiraan dan mempertimbangkan kemajuan yang masih tentatif dalam negosiasi perdagangan antara AS dan China.

Indeks Dow Jones Industrial Average turun tipis 1,10 poin, nyaris tidak berubah, dan ditutup di angka 42.865,77.

S&P 500 turun 16,57 poin atau 0,27 persen menjadi 6.022,24, sementara Nasdaq Composite Index turun 99,11 poin atau 0,50 persen dan ditutup di angka 19.615,88.

Pelemahan terjadi di sebagian besar sektor, meskipun dalam skala yang relatif moderat. Saham-saham sektor diskresioner konsumen dan material memimpin penurunan tersebut, masing-masing melemah 1,02 persen dan 0,98 persen.

Di sisi lain, saham energi menguat 1,49 persen, didukung oleh kenaikan harga minyak, sementara saham-saham sektor utilitas naik tipis 0,05 persen.

Pasar saham menunjukkan respons yang cenderung tenang usai China dan AS menyelesaikan perundingan dagang mereka di London.

China dan AS melakukan pertukaran pandangan yang profesional, rasional, mendalam, dan terbuka selama dua hari terakhir, ungkap Li Chenggang, Perwakilan Perdagangan Internasional di Kementerian Perdagangan sekaligus Wakil Menteri Perdagangan China pada Selasa (10/6).

Kedua belah pihak secara prinsip menyepakati kerangka kerja untuk mengimplementasikan konsensus yang dicapai antara kedua kepala negara dalam pembicaraan via telepon pada 5 Juni, serta kesepakatan yang dicapai dalam pembicaraan di Jenewa, kata Li.

China kembali menegaskan bahwa AS seharusnya bekerja sama dengan China untuk menepati komitmen mereka melalui tindakan nyata, serta menunjukkan kesungguhan dalam menjaga komitmen dan upaya-upaya konkret guna mengimplementasikan konsensus, agar bersama-sama menjaga hasil dialog yang yang telah dicapai dengan susah payah, kata Wakil Perdana Menteri (PM) China He Lifeng.

Sebelumnya pada hari yang sama, pasar saham sempat menguat setelah data indeks harga konsumen (consumer price index/CPI) AS untuk Mei tercatat di bawah perkiraan.

Inflasi utama naik tipis 0,1 persen dibandingkan April, sementara para analis sebelumnya memperkirakan kenaikan sebesar 0,2 persen. CPI inti, yang tidak mencakup harga pangan dan energi yang fluktuatif, naik 2,8 persen secara tahunan (year over year/yoy), sama dengan laju pada April.

Secara bulanan, inflasi inti juga naik 0,1 persen, lebih rendah dibandingkan kenaikan 0,2 persen pada bulan sebelumnya.

Data inflasi tersebut meningkatkan harapan investor bahwa Federal Reserve (The Fed) AS berpotensi menurunkan suku bunga pada akhir tahun ini.

Berdasarkan alat pemantau CME FedWatch, peluang pemangkasan suku bunga pada September naik menjadi 57,2 persen, meningkat dari 53,5 persen hanya sehari sebelumnya.

Menanggapi hal tersebut, imbal hasil obligasi pemerintah AS pun turun, dengan imbal hasil obligasi 10 tahun melemah ke level 4,41 persen.

"Bersamaan dengan laporan ketenagakerjaan bulan Mei yang solid, data CPI mengurangi kemungkinan terjadinya gelombang stagflasi yang parah," tulis Stephen Juneau, ekonom AS di Bank of America, dalam catatannya kepada para klien pada Rabu.

Namun, Claudia Sahm, ekonom AS lainnya dalam wawancara dengan Yahoo Finance mengingatkan agar tidak terlalu cepat menarik kesimpulan dari angka inflasi terbaru.

"Laporan ini tidak secara otomatis menunjukkan ke mana arah perekonomian kita pada akhir tahun ini," ujarnya, seraya menambahkan bahwa dampak ekonomi dari kebijakan perdagangan pemerintahan Trump saat ini masih terus berkembang.

Dalam berita korporat, saham-saham teknologi berkapitalisasi besar mayoritas mengalami penurunan, dengan Apple dan Amazon masing-masing turun sekitar 2 persen, sementara Nvidia, Alphabet, dan Meta masing-masing turun sekitar 1 persen.

Saham raksasa semikonduktor Broadcom menguat 3,38 persen, sementara Microsoft dan Tesla mencatatkan kenaikan tipis. Saham Intel merosot 6,46 persen dan menjadi penekan terbesar di S&P 500, menghapus sebagian besar lonjakan besar yang tercatat pada Selasa.

Sementara itu, saham Advanced Micro Devices (AMD) turun 1,7 persen menjelang acara "Advancing AI" yang akan digelar perusahaan tersebut pada Kamis (12/6).

Pewarta: Xinhua
Editor: Martha Herlinawati Simanjuntak
Copyright © ANTARA 2025

Read Entire Article
Rakyat news | | | |