Peraih Nobel desak akhiri impunitas yang lemahkan hukum internasional

2 hours ago 1

New York (ANTARA) - Peraih Hadiah Nobel Perdamaian tahun 2021, Maria Ressa, mendesak diakhirinya impunitas atau kebebalan dari hukuman yang melemahkan hukum internasional di tengah kondisi dunia yang penuh dengan kehancuran.

Pernyataan tersebut disampaikan Ressa yang juga jurnalis kenamaan, saat berbicara dalam Pertemuan Tingkat Tinggi Perayaan 80 tahun PBB di Markas Besar PBB New York, Amerika Serikat, Senin.

“Pertempuran terbesar yang kita hadapi saat ini adalah impunitas, yang mengarah pada dehumanisasi, baik di dunia nyata, di mana perang berkecamuk dari Ukraina hingga Gaza, maupun di dunia virtual, di mana pikiran dan emosi kita dimanipulasi oleh kapitalisme pengawasan demi keuntungan,” kata Ressa.

Impunitas yang mengarah pada dehumanisasi, lanjutnya, juga menjadi “bom atom” yang diam-diam menghancurkan fondasi yang dibangun dan dilindungi oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa.

Mengutip 240 orang lebih jurnalis yang tewas selama perang di Gaza - melampaui jumlah total jurnalis yang tewas selama di Perang Dunia I, Perang Dunia II, konflik Vietnam dan Yugoslavia - Ressa menyerukan akuntabilitas terhadap kebohongan yang menyebar lebih cepat dibandingkan kebenaran.​​​​​​​

Ressa pun mencontohkan upaya untuk mengakhiri impunitas terhadap kejahatan kemanusiaan yang dilakukan oleh mantan presiden dari negaranya sendiri yakni mantan Presiden Filipina Rodrigo Duterte, yang kini sedang di tahan di Den Haag Belanda.

Filipina, saat memimpin Komite ke-6 PBB yang membahas isu-isu hukum internasional, katanya, menjunjung prinsip negara hukum. Oleh karena itu, dia menyerukan untuk diakhirinya impunitas yang melemahkan hukum internasional.

Salah satu upaya pengakhiran impunitas yang diserukannya adalah impunitas terhadap perusahaan teknologi besar melalui akuntabilitas global. Kedua, membangun infrastruktur alternatif untuk kepercayaan dan yang ketiga menciptakan solusi yang komprehensif.

“Lebih dari tiga perempat negara anggota PBB kini mengakui negara Palestina - menunjukkan bahwa hukum internasional tetap bisa maju, meski di tengah impunitas,” ucapnya mencontohkan.

Menyerukan pentingnya integritas akan informasi di tengah pertempuran yang sedang dihadapi dunia, Ressa menilai bahwa pada PBB yang menginjak usia 80 tahun, menjadi momentum untuk menciptakan dunia yang lebih baik.

“Banyak hal telah berubah sejak PBB didirikan 80 tahun lalu. Namun nilai-nilainya, yakni perdamaian, hak asasi manusia, keadilan, supremasi hukum, justru kini lebih penting dari sebelumnya. Sudah saatnya kita mencipta lagi, membangun lebih baik, bersama-sama. Tolong, bertindaklah sekarang, sebelum terlambat,” tegasnya.​​​​​​​

Ressa menerima Hadiah Nobel Perdamaian tahun 2021 sebagai bentuk pengakuan atas upayanya untuk menjaga kebebasan berekspresi yang merupakan prasyarat untuk demokrasi dan perdamaian abadi.

Baca juga: Diplomasi, bukan dominasi: Seruan Baerbock di Sidang MU PBB

Baca juga: Sebut Gaza sebagai contoh, Guterres: Prinsip PBB di bawah tekanan

Pewarta: Kuntum Khaira Riswan
Editor: Primayanti
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

Read Entire Article
Rakyat news | | | |