Refleksi seni-budaya Indonesia dulu hingga kini dipamerkan di Belanda

13 hours ago 5
Verleden–Heden menjadi ruang dialog antar generasi dan antarbangsa

Wassenaar, Belanda (ANTARA) - Kementerian Kebudayaan menggelar pameran bertajuk "Verleden–Heden: Past–Present, Art Schools in Indonesia" di Sekolah Indonesia Den Haag (SIDH), Wassenaar, Belanda, yang memamerkan refleksi perkembangan seni dan budaya Indonesia dari masa lalu hingga kini.

Menteri Kebudayaan Fadli Zon menyatakan dalam siaran pers Kementerian Kebudayaan, Sabtu, bahwa acara itu berfungsi sebagai wadah dialog yang menghubungkan masa lalu, sekarang, dan masa depan, khususnya dalam konteks sejarah pendidikan seni di Indonesia.

“Pameran ini layaknya sebuah percakapan, atau ruang dialog antara masa lalu, masa kini, dan masa depan, terutama dalam menelusuri sejarah pendidikan seni di Indonesia,” ujar Fadli Zon dalam pidatonya

Pameran itu menghadirkan perjalanan visual dan naratif yang komprehensif melalui arsip, karya seni, dokumentasi, dan kisah-kisah dari institusi seni terkemuka seperti Fakultas Seni Rupa dan Desain Institut Teknologi Bandung (ITB), Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta, dan Institut Seni Indonesia (ISI) Bali.

Baca juga: Fadli Zon: Kerja sama budaya mempererat hubungan diplomatik

Baca juga: Pameran repatriasi babak baru dialog kebudayaan Indonesia-Belanda

Turut dipamerkan yaitu karya-karya dari tokoh-tokoh kunci dalam sejarah pendidikan seni Indonesia, termasuk R.J. Katamsi, salah satu pendiri ISI Yogyakarta, dan Simon Admiraal, tokoh penting dalam perkembangan seni rupa modern di ITB.

"Melalui jejak para tokoh dan institusi seni yang ditampilkan, kita dapat merefleksikan bagaimana seni telah menjadi bagian integral dari pembentukan identitas bangsa, sekaligus menjembatani hubungan antarbudaya," katanya.

Menbud juga menegaskan bahwa di tengah sejumlah tantangan terkini seperti ketegangan geopolitik, krisis iklim dan disrupsi digital, seni dan budaya sangat dibutuhkan untuk memperkuat pemahaman, resiliensi, dan perdamaian umat manusia.

"Verleden–Heden menjadi ruang dialog antar generasi dan antarbangsa. Kegiatan ini dapat menjadi jembatan antara Indonesia dan Belanda, sekaligus mercusuar komitmen kita terhadap keadilan budaya dan kebebasan berekspresi," ujar Fadli.

Baca juga: Pameran Revolusi Kemerdekaan Indonesia di Belanda dibuka

Baca juga: Pameran Indonesia Tong Tong Fair kembali digelar di Belanda

Kementerian Kebudayaan melibatkan kurator pameran dari akademisi ITB dan Universitas Leiden, Aminuddin T.H. Siregar.

Sedangkan rangkaian acara, selain pameran dan simposium, juga terdapat diskusi terbuka hingga lokakarya yang melibatkan seniman, akademisi, pelajar, serta komunitas diaspora Indonesia di Belanda.

Pameran dan simposium "Varleden-Heden" dibuka secara resmi oleh Menteri Kebudayaan pada Jumat (13/6).

Acara pembukaan turut dihadiri oleh Duta Besar RI untuk Kerajaan Belanda Mayerfas, para Rektor ISI Yogyakarta dan ISI Bali, serta perwakilan ITB, dan perwakilan akademisi dan kurator dari Universitas Leiden.

Kementerian Kebudayaan berharap inisiatif seperti Verleden–Heden itu dapat menjadi katalisator bagi pertukaran gagasan, refleksi kritis atas sejarah bersama, dan ruang kolaborasi baru yang mempererat hubungan seni dan budaya antara Indonesia dan Belanda di masa depan.

Baca juga: Ragam seni budaya RI jadi daya tarik di festival kesenian Jepang

Baca juga: KJRI Toronto promosikan budaya Indonesia lewat pameran wastra kebaya

Baca juga: Dubes: Karya Butet Kartaredjasa pererat hubungan budaya RI-Thailand

Pewarta: Abdu Faisal
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2025

Read Entire Article
Rakyat news | | | |