Ramadhan mewujudkan ekonomi madani di Indonesia

3 hours ago 2

Jakarta (ANTARA) - Bulan Ramadhan adalah waktu yang sangat istimewa bagi umat Islam di seluruh dunia. Selain sebagai bulan penuh berkah dan pengampunan, Ramadhan juga membawa dampak besar dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk ekonomi.

Di Indonesia, negara dengan populasi muslim terbesar di dunia, Ramadhan menjadi momentum yang sangat potensial untuk mewujudkan ekonomi madani. Ekonomi madani sendiri mengacu pada sistem ekonomi yang adil, berkelanjutan, dan berorientasi pada kesejahteraan umat.

Ekonomi madani adalah sistem ekonomi yang berlandaskan pada nilai-nilai sosial dan moral, yang tidak hanya fokus pada pertumbuhan ekonomi semata, tetapi juga pada pemerataan dan keadilan sosial.

Dalam perspektif Islam, ekonomi madani mengutamakan kesejahteraan umat, yang tercermin dalam praktik zakat, infak, sedekah, dan wakaf.

Ekonomi madani di Indonesia dapat diwujudkan dengan melibatkan semua elemen masyarakat dalam upaya menciptakan kesejahteraan bersama. Bulan Ramadan menjadi momen yang sangat relevan untuk mendorong partisipasi sosial, mengingat umat Islam sangat dianjurkan untuk bersedekah, berzakat, dan berwakaf selama bulan suci ini.

Dari sudut pandang ekonomi makro, Ramadan berpotensi meningkatkan daya beli masyarakat, khususnya menjelang Hari Raya Idul Fitri. Meskipun ada potensi inflasi akibat lonjakan konsumsi, Ramadhan juga memberikan peluang bagi perekonomian lokal untuk berkembang, terutama dalam sektor perdagangan barang dan jasa.

Untuk menjaga stabilitas harga dan daya beli masyarakat, kebijakan fiskal dan moneter yang tepat dari pemerintah menjadi kunci. Dimana hal ini sejalan dengan prioritas sistem ekonomi madani yang mengutamakan keadilan, berkelanjutan, dan berorientasi pada kesejahteraan umat

Sedangkan apabila dikaji dari teori kesejahteraan, konsep ekonomi madani ini menekankan pentingnya distribusi kekayaan yang merata dan pemerataan kesejahteraan. Selama Ramadhan, dengan meningkatnya zakat, infak, dan sedekah, ada potensi besar untuk mengurangi kesenjangan sosial dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin dan kurang mampu. Kesejahteraan sosial dapat tercapai ketika distribusi kekayaan dilakukan secara adil, yang juga menjadi prinsip utama dalam ekonomi madani.

Membahas ekonomi madani juga sangat berkaitan dengan teori Ekonomi Islam yang sangat relevan dalam pembahasan ini. Beberapa prinsip utama dalam ekonomi Islam yang mendukung terciptanya ekonomi madani antara lain larangan riba; zakat, infaq dan sedekah; serta wakaf.

Dalam ekonomi Islam, riba (bunga) dianggap sebagai praktik yang merugikan karena mengarah pada ketidakadilan. Oleh karena itu, ekonomi Islam menekankan pada transaksi yang adil dan saling menguntungkan, yang selaras dengan prinsip keadilan sosial yang terdapat dalam ekonomi madani.

Salah satu prinsip utama dalam ekonomi Islam adalah kewajiban membayar zakat, yang berfungsi untuk mengurangi kesenjangan sosial. Selama bulan Ramadhan, pembayaran zakat fitrah meningkat, yang memberikan dampak langsung dalam pemerataan kesejahteraan di masyarakat.

Wakaf merupakan praktik yang sangat dianjurkan dalam Islam. Wakaf dapat digunakan untuk membiayai berbagai kegiatan sosial, seperti pembangunan masjid, sekolah, rumah sakit, dan lain-lain. Ini merupakan bentuk investasi sosial yang berkelanjutan, sejalan dengan prinsip ekonomi madani yang mengutamakan keberlanjutan.

Pendapat pakar tentang ekonomi madani seringkali berhubungan dengan bagaimana sistem ekonomi dapat menjadi alat untuk memperbaiki kualitas hidup masyarakat, mengurangi ketimpangan sosial, dan mendukung pembangunan yang berkelanjutan.

Cendekiawan Muslim Prof. Dr. M. Quraish Shihab menyatakan bahwa ekonomi madani dalam pandangan Islam bukan hanya tentang kekayaan material, tetapi juga kesejahteraan spiritual dan sosial yang dapat memberikan manfaat bagi seluruh umat manusia.

Sementara menurut Dr. Nidzamuddin Zakaria, dosen di Universiti Sains Islam Malaysia, ekonomi madani adalah sistem yang mendukung kesejahteraan kolektif dengan mengintegrasikan nilai-nilai spiritual dan moral dalam perekonomian, serta memperhatikan kesejahteraan seluruh lapisan masyarakat.

Mewujudkan ekonomi madani

Bulan Ramadan membawa perubahan signifikan dalam pola konsumsi masyarakat. Meningkatnya permintaan terhadap barang-barang tertentu, seperti makanan, pakaian, dan transportasi, menciptakan gelombang aktivitas ekonomi yang cukup besar.

Meskipun ada kekhawatiran tentang inflasi, namun dengan kebijakan yang tepat, peningkatan konsumsi ini bisa dimanfaatkan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, terutama bagi sektor usaha kecil dan menengah (UKM) yang banyak melayani kebutuhan selama Ramadan.

Salah satu ciri khas dalam bulan Ramadhan adalah meningkatnya aktivitas filantropi melalui zakat, infak, dan sedekah. Zakat, yang wajib dikeluarkan oleh umat Islam, menjadi instrumen penting dalam redistribusi kekayaan.

Di Indonesia, zakat fitrah yang dibayarkan menjelang Idul Fitri tidak hanya memberikan manfaat spiritual, tetapi juga dapat digunakan untuk membantu masyarakat miskin. Infak dan sedekah selama bulan Ramadan menjadi tambahan yang signifikan dalam menanggulangi kemiskinan.

Sebuah studi oleh Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) menunjukkan bahwa zakat yang terkumpul selama Ramadhan dapat membantu mengurangi angka kemiskinan. Penyaluran zakat yang tepat sasaran meningkatkan kualitas hidup masyarakat miskin dan mendorong pemerataan pendapatan, dan gerakan infak dan sedekah di bulan Ramadhan menurut beberapa riset lembaga amil Zakat telah membantu memperkuat solidaritas sosial dan mengurangi ketimpangan sosial.

Bulan Ramadhan juga meningkatkan kesadaran untuk berbagi termasuk dalam hal ini kesadaran untuk menjadikan wakaf sebagai Instrumen Pembangunan Ekonomi. Wakaf memiliki potensi besar untuk mendukung pembangunan ekonomi berkelanjutan.

Tanah wakaf dapat digunakan untuk membangun fasilitas publik yang mendukung kebutuhan masyarakat, seperti sekolah, rumah sakit, dan tempat ibadah. Dengan pengelolaan yang baik, wakaf dapat memberikan manfaat jangka panjang bagi perekonomian, menciptakan kesejahteraan yang lebih merata.

Beberapa riset terkait penerapan ekonomi Islam di Indonesia menunjukkan bahwa prinsip-prinsip ekonomi Islam, seperti zakat, infak, dan wakaf, telah memberikan dampak positif dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Dengan mengoptimalkan zakat, infak, sedekah, dan wakaf, serta mengelola peningkatan konsumsi secara bijaksana, ekonomi madani yang berlandaskan pada prinsip keadilan sosial dan keberlanjutan dapat tercapai.

Perspektif ekonomi Islam memberikan panduan yang jelas tentang bagaimana mendistribusikan kekayaan dengan adil, sementara kebijakan yang tepat dari pemerintah dapat mengoptimalkan dampak positif Ramadan terhadap perekonomian.

Untuk mewujudkan ekonomi madani, perlu adanya kerja sama antara pemerintah, lembaga keagamaan, dan masyarakat untuk memanfaatkan potensi Ramadhan sebagai momentum penguatan solidaritas sosial dan pemberdayaan ekonomi umat.

Keberhasilan ekonomi madani di Indonesia tidak hanya bergantung pada praktik ibadah individu, tetapi juga pada sistem ekonomi yang mendukung pemerataan dan keberlanjutan.

*) Dr. M. Lucky Akbar, S.Sos, M.Si adalah Kepala Kantor Pengolahan Data dan Dokumen Perpajakan Jambi

Copyright © ANTARA 2025

Read Entire Article
Rakyat news | | | |