Jakarta (ANTARA) - Psikolog klinis lulusan Universitas Indonesia Adityana Kasandravati Putranto menekankan pentingnya peran orang tua dalam membekali anak agar tidak terjebak dalam ketergantungan teknologi yang dapat menghambat hubungan sosial mereka, baik dengan orang tua maupun teman sebaya.
Perkembangan teknologi, termasuk kecerdasan buatan (AI), membuat anak-anak berisiko ketergantungan dengan hal tersebut yang dapat mengurangi interaksi sosialnya. Beberapa strategi bisa diterapkan agar penggunaan teknologi tidak sampai mengurangi interaksi sosial anak dengan lingkungannya.
"Untuk mencegah AI membatasi interaksi anak, baik dengan orang tua maupun teman-temannya, orang tua dapat mengambil beberapa langkah strategis," kata Adityana saat dihubungi ANTARA, Sabtu.
Baca juga: Ajarkan anak berpikir kritis agar tidak dimanjakan AI
Dia menjelaskan beberapa langkah tersebut antara lain dengan membangun rutinitas keluarga misalnya dengan meluangkan waktu setiap hari untuk berinteraksi dengan anak tanpa gangguan teknologi. Interaksi itu bisa berupa makan bersama, bermain, atau berbicara tentang kegiatan sehari-hari.
"Orang tua juga bisa mengajak anak melakukan aktivitas yang tidak melibatkan teknologi, seperti berolahraga, berkebun, atau melakukan kerajinan tangan," ujar dia.
Kemudian, orang tua bisa mendorong interaksi sosial anak dengan membuat jadwal untuk bermain bersama keluarga atau mengunjungi teman dan kerabat. Anak juga dianjurkan didaftarkan dalam kegiatan ekstrakurikuler, seperti olahraga, seni, atau klub, yang memungkinkan mereka berinteraksi dengan teman sebaya.
Baca juga: Menag: Pendidikan keagamaan penjaga moral di era kemajuan teknologi
Adityana menyarankan orang tua membuat aturan tegas terkait penggunaan gawai, termasuk menetapkan zona tanpa teknologi di rumah seperti ruang makan atau kamar tidur.
"Buat aturan yang jelas tentang kapan dan berapa lama anak boleh menggunakan perangkat yang didukung AI. Misalnya, tidak menggunakan perangkat saat makan atau sebelum tidur," ucapnya.
Lalu, anak perlu dilatih berkomunikasi secara baik dan aktif, termasuk melatih mereka untuk mengekspresikan perasaan dan pendapat. Permainan peran bisa menjadi metode yang efektif untuk membantu anak belajar berinteraksi dengan orang lain dalam berbagai situasi sosial.
Psikolog yang tergabung dalam Ikatan Psikolog Klinis Indonesia itu menekankan pentingnya orang tua menjadi contoh untuk mengajarkan pembatasan penggunaan teknologi dan lebih banyak berinteraksi langsung dengan orang lain.
"Ajak anak berdiskusi tentang pentingnya interaksi sosial dan dampak negatif dari ketergantungan pada teknologi," kata dia.
Baca juga: Strategi kemitraan Kemkomdigi untuk hadirkan teknologi & inovasi 5G
Menurut Adityana, teknologi bisa dimanfaatkan secara positif untuk melatih interaksi sosial ini misalnya permainan yang bisa dimainkan bersama teman atau aplikasi yang mendukung proyek kelompok. Jika anak tidak bisa bertemu langsung dengan, ajarkan mereka cara menggunakan video call untuk tetap terhubung dengan teman-temannya.
Tak kalah penting, ajarkan anak tentang bagaimana AI bekerja dan dampaknya terhadap kehidupan sehari-hari. Diskusikan pentingnya keseimbangan antara penggunaan teknologi dan interaksi sosial.
"Ajak anak untuk merefleksikan pengalaman mereka dengan teknologi dan bagaimana hal itu mempengaruhi hubungan mereka dengan orang lain," kata Adityana.
Baca juga: China akan tindak tegas penyalahgunaan teknologi AI
Baca juga: Prabowo saksikan demonstrasi pembelajaran dengan teknologi smart board
Pewarta: Farhan Arda Nugraha
Editor: Mahmudah
Copyright © ANTARA 2025