Kuala Lumpur (ANTARA) - Perdana Menteri (PM) Malaysia Anwar Ibrahim mengatakan kemajuan tidak dapat dinikmati oleh segelintir orang saja melainkan harus dirasakan oleh seluruh masyarakat ASEAN.
PM Anwar dalam satu pernyataan di media sosialnya yang diakses di Kuala Lumpur, Rabu, mengatakan dalam upaya membangun ASEAN yang lebih kuat, tidak dapat disangkal bahwa kesenjangan pembangunan antara negara anggota masih besar.
Beberapa ekonomi negara ASEAN tumbuh pesat, sedangkan yang lainnya masih berjuang untuk mengejar ketertinggalan. Itu, menurut dia, sebuah kenyataan yang harus ditanggapi dengan serius.
Anwar yang sedang menghadiri ASEAN Future Forum 2025 di Hanoi, Vietnam, mengatakan ASEAN perlu menjembatani kesenjangan melalui kerja sama ekonomi yang lebih erat, memperkuat rantai pasokan regional, dan memastikan bahwa setiap negara mendapat kesempatan yang adil untuk tumbuh.
Dalam forum tersebut, ia mengatakan telah menekankan bagaimana masa depan ASEAN bergantung pada kemampuan sendiri untuk bersatu sebagai kelompok yang dinamis, inklusif, dan tangguh.
Dunia, ujar dia, kini berada dalam situasi tak menentu, terutama dengan terus memanasnya persaingan geopolitik, ketidakseimbangan ekonomi yang semakin nyata, dan gejolak global yang kerap mengancam stabilitas kawasan.
Dalam menghadapi tantangan itu, ia mengatakan ASEAN tidak bisa hanya menjadi pengamat atau hanya mengandalkan penugasan yang diberikan. Keunggulan Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara itu bukanlah hak mutlak, tetapi merupakan hak istimewa yang perlu diperjuangkan dan diperbarui melalui persatuan, tindakan kolektif yang efektif, dan komitmen berkelanjutan terhadap perdamaian dan kesejahteraan regional.
Malaysia, kata Anwar, berdasarkan kerangka MADANI, siap menjadi penggerak gagasan itu dengan menekankan investasi hijau, pertumbuhan ekonomi berkelanjutan, dan pembangunan yang inklusif dan adil.
Selain itu, ia mengatakan negara-negara anggota juga tidak dapat mengabaikan kenyataan bahwa ASEAN berada di tengah persaingan antarnegara adikuasa dunia. Ketegangan perdagangan antara Amerika Serikat dan China, kebijakan proteksionis ekonomi, serta perubahan lanskap geopolitik global menghadirkan tantangan sekaligus peluang bagi kawasan tersebut.
“Pertanyaannya adalah, apakah ASEAN siap memanfaatkan perubahan ini, atau akankah kita menjadi korban persaingan yang tidak menguntungkan kita?” kata Anwar.
Jawabannya, menurut dia, bergantung pada kemampuan ASEAN untuk bertindak sebagai blok ekonomi yang bersatu, dengan suara yang jelas, dan kebijakan yang kuat untuk memastikan bahwa manfaat investasi dan perdagangan global didistribusikan secara adil di kawasan ini.
“Kita juga harus menghindari terlalu bergantung pada satu pasar atau satu industri, karena ini akan membuat ASEAN lebih rentan terhadap guncangan eksternal. Sebaliknya, kita perlu memperkuat kerja sama regional, merencanakan strategi jangka panjang yang mempertimbangkan keberagaman dan keunikan setiap negara anggota, dan membangun ASEAN yang benar-benar siap menghadapi tantangan masa depan,” ujar dia.
Itu, menurut Anwar, tentu akan menjadi momen yang menentukan dan akan membentuk masa depan ASEAN. “Kita bukan lagi kawasan yang sekadar mengikuti arus perkembangan global, tetapi kekuatan yang mampu membentuk arahnya sendiri”.
ASEAN memiliki potensi yang sangat besar, namun potensi tersebut hanya dapat terwujud apabila anggotanya benar-benar bersatu dan bergerak sebagai komunitas masyarakat yang kuat.
Dengan komitmen kuat, persatuan solid, dan semangat kebersamaan yang kokoh, ia menyakini ASEAN mampu mengatasi semua tantangan dan menciptakan era baru yang lebih gemilang bagi ASEAN dan seluruh rakyatnya.
Baca juga: AS dukung ASEAN implementasi UNCLOS dan konsensus lima poin Myanmar
Baca juga: ASEAN-Rusia bahas rencana kerja sama komprehensif lima tahun
Baca juga: Diplomat senior China sebut China dukung pembangunan ASEAN
Pewarta: Virna P Setyorini
Editor: M Razi Rahman
Copyright © ANTARA 2025