Jakarta (ANTARA) - PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) menargetkan total emas kelolaan perseroan dapat meningkat antara lima hingga enam kali lipat dalam lima tahun ke depan dari posisi saat ini yang sebanyak 17,5 ton.
“Kalau ditanya target, sampai hari ini jumlah ton yang ada di BSI itu sekitar 17,5 ton yang ada. Jadi harapannya paling tidak lima tahun ke depan itu bisa meningkat 5-6 kali lipat yang kita ingin capai angkanya,” kata Direktur Utama BSI Hery Gunardi usai acara peresmian layanan bank emas di Jakarta, Rabu.
BSI telah mengantongi izin resmi pelaksanaan bank emas dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melalui Surat OJK No. S-53/PB.22/2025 pada 12 Februari lalu. Izin tersebut mencakup dua kegiatan usaha utama antara lain penitipan emas dan perdagangan emas.
Hery menjelaskan, bisnis layanan emas sebenarnya sudah dijalankan oleh BSI sejak awal didirikan antara lain melalui gadai emas dan cicil emas dengan transaksi maksimal sekitar Rp250 juta. Dengan adanya pembentukan bank emas, maka BSI dapat memperluas layanan emas sehingga tidak terbatas pada gadai emas dan cicil emas.
“Jadi nasabah ataupun pemilik emas bisa menitipkan emasnya di bank, bisa custody, menyimpan. Kemudian bisa trading atau bisa jual dan bisa beli. Kemudian juga bisa menjadi underlying atau jaminan loan atau pembiayaan/kredit,” kata Hery.
Setelah mengantongi izin usaha bulion berupa penitipan emas dan perdagangan emas, BSI akan melanjutkan proses perizinan untuk kegiatan usaha lainnya seperti pembiayaan emas dan penyimpanan emas.
Hery menjelaskan, produk bank emas BSI dirancang secara inklusif dan digital dengan tujuan untuk memberikan akses kepada masyarakat, baik yang baru memulai investasi maupun yang sudah berpengalaman.
Dalam hal ini, BSI menawarkan kesempatan investasi emas mulai dari 0,05 gram, dengan nilai kurang dari Rp100.000, yang dapat diakses melalui platform digital BYOND by BSI.
Adapun pada peresmian layanan bank emas pada Rabu, BSI turut memperkenalkan tiga branding utama produk bank emas BSI antara lain BSI Emas Digital, BSI Gold, dan BSI ATM Emas.
Merujuk data perseroan, pembiayaan bisnis emas di BSI pada 2024 mencapai Rp12,80 triliun tumbuh 78,17 persen year on year (yoy) meliputi gadai emas dan cicil emas.
Menurut perseroan, bank emas BSI memiliki sejumlah keunggulan salah satunya BSI Gold Karatase 99,99 persen SNI dan Sertifikat MUI. Selain itu, jaringan BSI Agen lebih dari 110 ribu di seluruh Indonesia juga bisa melayani emas BSI serta layanan bank emas yang bisa diakses melalui BYOND by BSI.
Hery optimistis, kehadiran BSI sebagai bank emas di Indonesia akan menjadi new game changer untuk memberikan diversifikasi instrumen investasi syariah yang aman, mudah, serta bisa diakses kapan pun dan di mana pun. Hal ini didasari total omset bisnis emas BSI yang saat ini tercatat Rp28,7 triliun dengan potensi volume transaksi setara 250 ton selama kurun waktu lima tahun ke depan.
Pada Rabu, layanan bank emas Pegadaian dan Bank Syariah Indonesia (BSI) resmi diluncurkan oleh Presiden RI Prabowo Subianto. Menjelang HUT Ke-80 RI, ujar Prabowo, untuk pertama kali dalam sejarah bangsa Indonesia memiliki bank emas.
Presiden berharap keberadaan bank emas ini dapat memberikan dampak positif bagi perekonomian Indonesia. Prabowo juga menyebutkan, bank emas ini akan meningkatkan produk domestik bruto (PDB) Indonesia hingga Rp245 triliun, membuka 1,8 juta lapangan kerja baru, hingga memperluas devisa.
Pada kesempatan yang sama, Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir menyebutkan bahwa emas yang beredar di masyarakat atau stok emas yang disimpan masyarakat secara mandiri mencapai 1.800 ton.
Potensi tersebut dapat dimaksimalkan lebih lanjut oleh bank emas (bullion bank). Melihat potensi yang besar tersebut, Erick menyampaikan pihaknya juga ingin mengundang masyarakat agar percaya dan mau menyimpan emasnya di dalam sistem keuangan formal yang dipastikan aman.
Baca juga: Pegadaian bidik saldo deposito emas capai 1,5 ton hingga akhir 2025
Baca juga: OJK optimistis minat terhadap usaha bulion semakin meningkat
Baca juga: BRI: Emas di masyarakat bisa dimonetisasi jadi likuiditas pembangunan
Pewarta: Rizka Khaerunnisa
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2025