Jakarta (ANTARA) - Seniman dan sastrawan Afrizal Malna membacakan Pidato Kebudayaan Kebudayaan Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) 2025 bertajuk "Suara Bajaj dari Cikini” sebagai refleksi atas identitas Jakarta yang kian berubah dan tengah berupaya menapaki sebagai kota global.
“Untuk kita mengerti bahwa apa yang terjadi di masa kini itu bisa ditarik jauh ke belakang dan kita bisa melihat bahwa apa yang kita lakukan sekarang tidak semata-mata sesuatu yang terjadi begitu saja,” kata Afrizal Malna, dalam pidato di Jakarta, Senin (10/11) malam.
Afrizal Malna yang memetakan kenangan hingga benda sebagai cara memahami pergeseran identitas Jakarta, menyinggung memori masa kecilnya melalui moda transportasi bajaj dan becak yang menjadi salah satu mediumnya untuk melihat perkembangan serta negosiasi budaya dari ruang kehidupan sehari-hari yang kian terpinggirkan.
“Bajaj merupakan kendaraan pengganti kenangan saya tentang becak di masa kanak-kanak saya. Ketika saya naik becak, seolah di bawah becak itu ada semesta. Tapi becak kemudian ditenggelamkan secara brutal karena kota berkembang ke arah dianggap tidak sesuai dan dia ditenggelamkan ke dasar laut Jakarta,” ujar Afrizal.
Lebih jauh lagi, Malna berupaya memaknai konsep Jakarta sebagai kota global dengan menarik jejak ke belakang, sejak konteks Batavia di Hindia Belanda, untuk mengurai memori kolektif warga yang tumpang tindih atau bahkan hilang.
Hal tersebut digambarkan Malna dengan konsep kultur ommelanden, sebuah wilayah di luar tembok benteng VOC, sebagai ruang yang diisi dengan para migran, terutama transmigrasi yang menghadirkan tenaga kerja murah untuk menopang kehidupan kota.
“Dan konsep ini sampai sekarang. Walaupun tembok Batavia itu sudah tidak ada, ruang ini laten. Ruang ini seperti virus yang enggak pernah bisa dibasmi. Saya kira inilah yang perlu kita perhatikan. Bagaimana masa lalu adalah virus yang bisa terus-terusan mereproduksinya dan kita enggak pernah tahu mereka bergerak ke arah mana,” ujar dia.
Malna membaca ulang tanda-tanda keseharian sebagai perlawanan sekaligus pengingat bahwa kota bukan hanya infrastruktur, melainkan juga jaringan kehidupan yang menyimpan banyak suara.
Baca juga: DKJ tetapkan "Superbia: O" jadi pemenang Sayembara Novel 2025
Editor: Dadan Ramdani
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.


















































