Pertama kali, jumlah pengguna vape lampaui perokok tembakau di Inggris

1 month ago 11

London (ANTARA) - Jumlah orang dewasa di Inggris yang menggunakan rokok elektrik atau vape, untuk pertama kalinya melampaui jumlah perokok tembakau, menurut Kantor Statistik Nasional (Office for National Statistics/ONS) Inggris pada Selasa (4/11).

Hal itu menandai pergeseran yang signifikan dalam kebiasaan merokok di negara tersebut tetapi juga menimbulkan masalah kesehatan masyarakat yang baru.

Menurut data ONS, 10 persen orang dewasa di Inggris Raya, atau sekitar 5,4 juta orang, dilaporkan menggunakan rokok elektrik setiap hari atau sesekali pada 2024, dibandingkan dengan 9,1 persen (atau sekitar 4,9 juta) yang menggunakan rokok tembakau. Ini merupakan proporsi perokok terendah sejak pencatatan dimulai pada 2011, menyoroti penurunan berkelanjutan penggunaan rokok tembakau di seluruh negara itu.

Survei itu menunjukkan bahwa merokok paling banyak terjadi di kalangan orang dewasa berusia 25 hingga 34 tahun (atau 12,6 persen), sementara mereka yang berusia 65 tahun ke atas memiliki angka terendah, yaitu 7,1 persen. Penurunan terbesar sejak 2011 terlihat pada kelompok usia 18 hingga 24 tahun, di mana angka merokok turun dari 25,7 persen menjadi hanya 8,1 persen.

Namun, pola penggunaan vape lebih kompleks. ONS menemukan bahwa penggunaan rokok elektrik di kalangan pria turun tipis pada 2024 dibandingkan dengan tahun sebelumnya, atau turun dari 11,0 persen menjadi 10,1 persen, sementara di kalangan wanita meningkat tajam menjadi 10,0 persen dari 8,5 persen. Penggunaan rokok elektrik "setiap hari atau sesekali" masih menjadi yang tertinggi di kalangan usia 16 hingga 24 tahun dengan 13 persen, meskipun angka tersebut turun dari 15,8 persen pada 2023.

"Untuk pertama kalinya, jumlah pengguna rokok elektrik atau vape melampaui jumlah perokok tembakau. Di kalangan orang dewasa berusia 16 tahun ke atas, 10 persen di antaranya mengatakan mereka adalah pengguna rokok elektrik dibandingkan dengan 9,1 persen yang merokok tembakau. Hal ini mencerminkan tren jangka panjang dari semakin sedikitnya jumlah orang yang merokok dalam satu dasawarsa terakhir," Kepala analisis kesehatan di ONS David Mais.

Namun, para pakar kesehatan masyarakat memperingatkan peningkatan pesat dalam penggunaan vape bukannya tanpa risiko. Ahli kesehatan masyarakat terkemuka yang bekerja sama dengan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Profesor John Ashton mengatakan kepada Xinhua bahwa meskipun penurunan dalam merokok cukup menggembirakan, tren baru ini menimbulkan tantangan baru.

"Lebih dari 30 tahun yang lalu, 30 persen lebih orang dewasa Inggris merokok," kata Ashton.

"Sebagian besar penurunan terjadi sebelum vape tersedia secara luas. Pada saat vape hadir 10 tahun atau lebih yang lalu, angka merokok turun menjadi sekitar 20 persen. Kini, angkanya sekitar 10 persen. Argumen bahwa vape sangat penting dalam membantu orang berhenti menjadi kurang meyakinkan karena kita menghadapi perokok garis keras yang tetap merokok meskipun sudah menggunakan vape," jelasnya.

Ashton memperingatkan data tersebut tidak mengungkapkan berapa banyak orang yang merokok maupun menggunakan vape.

"Banyak orang yang menggunakan vape, tetapi mereka tidak berhenti merokok," ujarnya.

"Kita yang sudah khawatir dengan vape sejak awal masih khawatir bahwa kita mungkin mengganti satu masalah dengan masalah lain yang tidak kita pahami sepenuhnya, karena kita masih belum mengetahui konsekuensi jangka panjang dari penggunaan vape."

Dia juga mempertanyakan klaim awal bahwa rokok elektrik "95 persen lebih aman" dibandingkan rokok tradisional.

"Itu klaim yang tidak bertanggung jawab," ujar Ashton.

"Kita memiliki pengalaman 200 tahun dengan merokok tembakau dan hanya lebih dari satu dasawarsa dengan vape. Jika Anda menghirup apa pun selain udara segar ke dalam paru-paru Anda, kemungkinan besar akan menyebabkan masalah," tukasnya.

Ashton menambahkan salah satu yang menjadi kekhawatiran utama adalah meningkatnya jumlah remaja, dan bahkan anak-anak, yang menggunakan vape.

"Orang-orang yang antusias mendukung penggunaan vape tampaknya siap untuk mengabaikan apa yang sedang terjadi di kalangan anak muda," katanya.

Meskipun kampanye antimerokok di Inggris dipuji sebagai salah satu yang paling sukses di negara maju, para pakar memperingatkan bahwa maraknya penggunaan vape, terutama di kalangan anak muda, dapat menciptakan tantangan kesehatan masyarakat baru yang membutuhkan regulasi dan penelitian yang mendesak.

Pewarta: Xinhua
Editor: Indra Arief Pribadi
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

Read Entire Article
Rakyat news | | | |