Jakarta (ANTARA) - Perawat dari Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI) Ns. Joan Xaveria Mahulae, S.Kep., MKM, CIMI menyarankan penggunaan gelas kecil khusus atau cup feeder dalam pemberian air susu ibu (ASI) pada bayi untuk menghindari terjadinya bingung puting.
"Untuk ibu yang cuti melahirkannya habis dan harus kembali bekerja sehingga pengasuhan diserahkan kepada suami atau keluarga, maka ada opsi dalam pemberian ASI mengikuti saran WHO untuk menggunakan cup feeder, atau bisa juga menggunakan sendok yang penting tidak menggunakan dot," kata Joan dalam webinar yang diikuti dari Jakarta, Senin.
Menurut Joan opsi-opsi tersebut lebih baik, karena ke depannya anak tidak akan mengalami "bingung puting" atau kondisi di mana bayi mengalami kesulitan beralih kebiasaan menggunakan dot untuk kembali ke proses menyusui langsung dari payudara ibunya.
"Bingung puting" sendiri bisa berpotensi menyebabkan masalah termasuk salah satunya menurunkan produksi ASI yang padahal masih dibutuhkan untuk mendukung tumbuh kembang bayi di periode 0-6 bulan.
Baca juga: Cara simpan ASI perah yang benar di perjalanan menurut ahli gizi
Maka dari itu, penggunaan botol dot memang tidak disarankan dan lebih baik opsi lainnya dipilih sehingga ke depannya anak masih tetap bisa menyusui secara langsung dari payudara ibu.
"Jadi ketika masa cutinya mau berakhir, itu ibu harus mengajarkan kepada suami ataupun caregiver di rumah untuk pemberian ASI bisa dilakukan dengan menggunakan cup feeder atau sendok," kata Joan.
Meski begitu, Joan juga membagikan kiat kepada keluarga yang pada akhirnya memutuskan penggunaan botol dot dalam memberikan ASI. Agar ketergantungan tidak tercipta maka ibu harus memberikan susu secara langsung dari payudara saat sebelum pergi kerja dan sesudah pulang kerja.
Dengan demikian durasi penggunaan botol dot dalam keseharian sang anak tidak berlangsung lama dan anak masih tetap bisa melakukan proses menyusui ASI secara langsung dari payudara ibu.
Adapun untuk anak yang kemudian sudah mengalami ketergantungan konsumsi ASI dari botol dot dan ingin kembali dibiasakan untuk menyusui secara langsung dari ibu, Joan menyarankan agar kontak kulit ke kulit (skin-to-skin contact) bisa lebih sering dilakukan dengan sang buah hati.
"Selain itu, konsultasi laktasinya juga tetap harus dijalankan sembari skin-to-skin contact agar ini bisa teratasi dan bayi bisa kembali meningkatkan memorinya terkait dengan DBF dan akhirnya mau menyusui langsung kembali," kata Joan.
Baca juga: Konseling laktasi perlu libatkan keluarga agar pemberian ASI sukses
Pewarta: Livia Kristianti
Editor: Indriani
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.