Penyebab kanker limfoma dan faktor risikonya yang perlu diwaspadai

1 hour ago 1

Jakarta (ANTARA) - Limfoma merupakan salah satu jenis kanker darah yang menyerang sistem limfatik, bagian penting yang membantu tubuh melawan infeksi. Meski cukup sering ditemukan, banyak orang belum memahami apa yang sebenarnya memicu penyakit ini dan siapa saja yang berisiko mengalaminya.

Padahal, mengenali penyebab dan faktor risiko limfoma dapat membantu kita lebih waspada serta mendorong deteksi dini yang sangat berpengaruh pada keberhasilan pengobatan.

Lantas, apa saja penyebab limfoma dan faktor yang dapat meningkatkan peluang seseorang terserang penyakit ini?simak ulasannya berikut ini, berdasarkan informasi yang telah dihimpun dari berbagai sumber.

Baca juga: Indonesia perluas skrining kanker serviks metode sampling mandiri pada 2026

Penyebab limfoma

Limfoma muncul ketika sel darah putih dalam sistem limfatik mengalami perubahan genetik dan berkembang menjadi sel kanker yang membelah dengan cepat serta tidak lagi menjalani proses kematian sel sebagaimana mestinya.

Sama seperti banyak jenis kanker lainnya, sebagian besar perubahan genetik penyebab limfoma terjadi secara acak dan tidak selalu dapat ditelusuri asal-usulnya.

Meski begitu, ada sejumlah kondisi yang diketahui dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami penyakit ini. Beberapa di antaranya adalah paparan radiasi serta kontak dengan bahan-bahan kimia tertentu.

Benzena dan beberapa jenis pestisida termasuk bahan kimia yang dianggap berperan. Individu yang bekerja di lingkungan dengan paparan tinggi dianjurkan untuk mengikuti prosedur keselamatan kerja agar risiko tersebut dapat ditekan.

Selain itu, orang dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah juga lebih rentan. Infeksi virus tertentu seperti virus Epstein-Barr atau HIV dapat turut meningkatkan kemungkinan berkembangnya limfoma.

Baca juga: Studi: Vaksin HPV efektif cegah kanker serviks hingga 80 persen

Faktor risiko limfoma

• Faktor risiko limfoma cukup beragam. Namun, sejumlah penelitian menunjukkan bahwa beberapa kondisi berikut dapat membuat seseorang lebih rentan terserang penyakit ini:

• Riwayat infeksi virus tertentu, seperti HIV, virus Epstein-Barr (penyebab mononukleosis), maupun virus yang berkaitan dengan sarkoma Kaposi.

• Memiliki anggota keluarga yang pernah didiagnosis limfoma.

• Sistem kekebalan tubuh yang lemah akibat penyakit lain atau prosedur medis. Misalnya, penerima transplantasi organ yang harus mengonsumsi obat imunosupresan agar tubuh tidak menolak organ baru.

• Mengalami penyakit autoimun, yaitu kondisi ketika sistem imun keliru menyerang jaringan tubuh sendiri.

• Usia tertentu juga berpengaruh, yakni limfoma Hodgkin lebih sering muncul pada usia 15–30 tahun, sedangkan limfoma non-Hodgkin lebih banyak dialami oleh mereka yang berusia di atas 60 tahun.

• Memiliki berat badan berlebih atau obesitas.

• Jenis kelamin juga dapat menjadi faktor laki-laki umumnya tercatat lebih berisiko.

Memahami penyebab dan berbagai faktor risiko tersebut dapat membantu Anda lebih waspada terhadap perubahan yang terjadi pada tubuh. Jika Anda merasa memiliki salah satu di antaranya atau mengalami gejala yang mencurigakan, konsultasikan segera dengan tenaga medis. Deteksi dini dan pemeriksaan yang tepat dapat meningkatkan peluang penanganan limfoma secara lebih efektif.

Baca juga: Kemenkes: Baru 13 provinsi capai target imunisasi HPV anak SD

Baca juga: Mengenal kanker limfoma: Jenis-jenis dan gejala awalnya

Pewarta: Sean Anggiatheda Sitorus
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

Read Entire Article
Rakyat news | | | |