Jakarta (ANTARA) - Kepatuhan berobat bagi pasien gangguan bipolar (GB) dan skizofrenia merupakan hal yang krusial demi keberlangsungan dan kualitas hidup pengidap, seperti yang dikatakan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa FKUI- RSCM Dr. dr. Khamelia Malik, SpKJ(K) pada diskusi media di Jakarta, Rabu.
“Di Indonesia, ketidakpatuhan terhadap pengobatan merupakan hal yang umum terjadi pada GB dan skizofrenia, padahal hal ini diketahui dapat meningkatkan risiko hasil klinis yang buruk. Hal ini merupakan masalah terbesar yang perlu diatasi bidang kejiwaan dan penyakit-penyakit kronis lainnya,” kata dia.
Khamelia menyebut, ketidakpatuhan pengobatan dua penyakit mental kronis ini akan memunculkan konsekuensi yang sangat besar khususnya bagi orang dewasa.
Baca juga: Dokter: Pengobatan bipolar melalui pemberian obat dan psikoterapi
Pada GB, ketidakpatuhan dikaitkan dengan tingkat kekambuhan yang lebih tinggi, peningkatan rawat inap, hingga risiko bunuh diri yang lebih besar.
Sementara untuk skizofrenia, ketidakpatuhan tidak hanya memperburuk gejala psikotik tetapi juga meningkatkan risiko menyakiti diri sendiri dan orang lain.
“Temuan ini menyoroti pentingnya kepatuhan terhadap pengobatan untuk mencegah penyulit penyerta dan meningkatkan kualitas hidup bagi individu,” kata Khamelia.
Baca juga: Sering ditemukan pada anak, ini beda bipolar dan skizofrenia
Menurut Khamelia, pasien dewasa GB dan skizofrenia tetap mampu melakukan kegiatan yang produktif serta memiliki kualitas hidup yang baik asalkan mau menjalankan pengobatan dengan konsisten.
Optimal dalam kepatuhan terapi dikaitkan secara signifikan dengan kualitas hidup yang lebih tinggi. Biasanya mereka kurang patuh karena kesadaran dan pemahaman yang buruk terhadap keadaan sakitnya, kemudian munculnya efek samping, fluktuasi mood, dan stigma buruk.
“Terkadang mereka mengalami efek seperti mengantuk berat sedasi, kenaikan berat badan, dan masalah gerakan tubuh sehingga mereka sulit untuk patuh. Padahal saat ini ada obat-obat inovatif yang meminimalkan efek samping seperti itu,” ujar Khamelia.
Baca juga: Jenis-jenis disabilitas mental, ada skizofrenia dan bipolar
Ia menambahkan, selain dari kepatuhan, pasien dewasa GB dan skizofrenia tetap bisa beraktivitas produktif jika fokus terhadap strategi coping yang adaptif, seperti mencari dukungan dan belajar strategi memecahkan masalah, hingga pelatihan manajemen stres.
Berikutnya, pasien GB dan skizofrenia dianjurkan aktif melakukan terapi psikososial seperti edukasi terhadap penyakit, skrining rutin terhadap kemunculan ide untuk bunuh diri, yang kini juga bisa menggunakan teknologi seperti aplikasi untuk pemantauan mood, kualitas tidur, pengingat konsumsi obat, dan psikoterapi agar selalu stabil.
Baca juga: Kenali penyebab gangguan skizofrenia, PAFI berikan informasi pengobatan
Dengan begitu, pasien dewasa akan bisa menjalani aktivitas dengan lebih baik. Dukungan keluarga dan lingkungan juga dikaitkan dengan keberhasilan pengobatan pasien.
“Psikoedukasi pada keluarga dan lingkungan dapat membantu keluarga memahami dan mendukung orang yang mereka cintai dengan lebih baik. Dukungan ini berfungsi untuk meningkatkan harapan dan mendukung kemampuan pasien, pemberdayaan pribadi, dan inklusi di lingkungan sosial,” imbuh Khamelia.
Baca juga: Ilmuwan identifikasi protein di otak untuk pengobatan skizofrenia
Pewarta: Pamela Sakina
Editor: Siti Zulaikha
Copyright © ANTARA 2025