Samarinda (ANTARA) - Pengamat ekonomi Universitas Mulawarman (Unmul) Muhammad Harits Zidni Khatib Ramadhani memaparkan tiga solusi yang perlu dilakukan pemerintah untuk menangkis kepanikan atas ancaman krisis ekonomi yang tengah menghantui Indonesia.
"Solusi tersebut meliputi komunikasi publik yang efektif dari pemerintah, efisiensi belanja pemerintah, dan peningkatan investasi asing langsung (Foreign Direct Investment/FDI)," katanya di Samarinda, Rabu.
Menurut Zidni, saat ini Indonesia belum masuk dalam level krisis ekonomi, meskipun ada beberapa indikator yang mengkhawatirkan seperti penurunan daya beli masyarakat dan deflasi yang terjadi di tengah bulan Ramadhan.
Ia menjelaskan bahwa Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sempat mengalami penurunan drastis hingga lebih dari lima persen persen pada 18 Maret 2024.
Hal itu dipicu oleh sentimen psikologis pasar yang dipengaruhi oleh berbagai isu, seperti kebijakan dagang Amerika Serikat, delisting saham-saham perusahaan konglomerat Indonesia dari Morgan Stanley Capital International (MSCI) dan Financial Times Stock Exchange (FTSE), defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), serta isu-isu politik lainnya.
"Persoalannya, pasar saham kerap kali merespons cepat isu-isu negatif yang belum tentu benar," kata Zidni.
Menurutnya, salah satu katalis dari krisis ekonomi adalah kepanikan publik. Oleh karena itu, pemerintah perlu melakukan komunikasi publik yang efektif untuk mencegah kepanikan tersebut.
"Pemerintah perlu mengkomunikasikan program-program mereka dengan lebih baik kepada masyarakat, sehingga tidak terjadi kepanikan," tuturnya.
Selain itu, dia juga menekankan pentingnya efisiensi belanja pemerintah, terutama di tengah kondisi defisit anggaran.
Dia menyarankan agar pemerintah menunda program-program yang kurang prioritas dan fokus pada belanja yang produktif, seperti infrastruktur, sosial, pendidikan dan bantuan langsung kepada masyarakat.
"Belanja produktif akan meningkatkan perputaran uang di masyarakat," jelasnya.
Solusi ketiga yang ditawarkan Zidni adalah peningkatan investasi asing langsung. Menurutnya, investasi asing sangat penting untuk menambah likuiditas di Indonesia.
Namun, ia mengakui bahwa masih banyak dinamika yang dihadapi investor asing, seperti regulasi yang berubah-ubah, korupsi, dan konflik sosial dengan masyarakat.
"Pemerintah perlu mencari solusi untuk masalah-masalah tersebut, sehingga investor asing tertarik untuk menanamkan modalnya di Indonesia," ujarnya.
Zidni mengapresiasi langkah pemerintah pusat yang membentuk tim untuk menganalisis masalah-masalah yang dihadapi investor asing.
Ia optimistis tim tersebut dapat segera menemukan solusi yang tepat, sehingga investasi asing langsung, dapat meningkat dan ekonomi Indonesia semakin maju.
"Ketiga solusi ini perlu dilakukan secara simultan untuk menangkis kepanikan atas ancaman krisis ekonomi," pungkasnya.
Pewarta: Ahmad Rifandi
Editor: Abdul Hakim Muhiddin
Copyright © ANTARA 2025