Pemerintah Suriah terapkan gencatan senjata bertahap di Suwayda

2 months ago 20

Damaskus (ANTARA) - Pasukan otoritas sementara Suriah pada Sabtu (19/7) mulai melakukan penyebaran di seluruh Provinsi Suwayda untuk melaksanakan fase pertama dari kesepakatan gencatan senjata yang bertujuan mengakhiri bentrokan sektarian mematikan selama beberapa hari terakhir.

Menurut sumber dari otoritas informasi Suriah, fase awal tersebut mencakup pemisahan kelompok bersenjata yang saling berseteru, faksi lokal di dalam Suwayda, dan pasukan suku Arab, sebagai bagian dari upaya yang lebih luas untuk memulihkan stabilitas, membebaskan para tahanan, dan mengevakuasi para sandera.

Sebuah komite darurat pemerintah juga telah dibentuk, yang mencakup berbagai institusi publik, guna mempercepat pengiriman bantuan kemanusiaan dan medis darurat, memulihkan layanan dasar, serta memperbaiki infrastruktur sesuai dengan fase kedua dari kesepakatan tersebut.

Setelah ketenangan terjamin, fase ketiga akan melihat pengerahan kembali lembaga-lembaga negara dan pasukan keamanan internal secara bertahap dan terorganisasi di seluruh provinsi itu, sesuai dengan pemahaman sebelumnya yang menjamin supremasi hukum di bawah otoritas negara, kata sumber itu.

Meski berbagai langkah telah diambil, kekerasan kembali pecah pada Sabtu di wilayah barat Suwayda, di mana baku tembak sengit terjadi setelah jeda singkat.

Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia (Syrian Observatory for Human Rights) yang berbasis di Inggris melaporkan bahwa gencatan senjata yang rapuh telah dilanggar akibat pertempuran baru antara kelompok bersenjata Druze dan pejuang suku Badui.

Para pejuang suku mengambil posisi selama bentrokan di kota Wolgha, pedesaan barat Sweida, Suriah selatan, pada 18 Juli 2025. (Str/Xinhua)

Bentrokan ini kembali memicu ketakutan akan kemungkinan runtuhnya gencatan senjata secara menyeluruh, yang sebelumnya ditengahi dengan dukungan internasional pada awal pekan ini.

Menurut observatorium tersebut, pasukan militer mulai mendirikan pos pemeriksaan di luar batas administratif Sweida untuk mencegah penyusupan oleh kelompok bersenjata.

Lembaga pemantau itu juga melaporkan memburuknya situasi kemanusiaan. Rumah sakit nasional utama di Suwayda lumpuh total selama beberapa hari akibat pemadaman listrik, kekurangan air dan obat-obatan, serta runtuhnya layanan dialisis.

Staf medis mengeluarkan seruan darurat, memperingatkan akan potensi bencana kesehatan masyarakat yang mengancam.

"Ratusan jenazah yang belum dikubur membusuk, belatung menyebar, dan bau busuk memenuhi fasilitas ini serta jalan-jalan di sekitarnya," bunyi pernyataan dari staf rumah sakit yang ditujukan kepada sejumlah organisasi internasional dan lembaga media.

Mereka menyerukan intervensi segera untuk mencegah "wabah yang membawa bencana".

Di tempat lain, pusat medis terakhir yang masih berfungsi sebagian di daerah tersebut, Rumah Sakit Salkhad, dilaporkan hampir tutup karena kekurangan pasokan dan dukungan logistik.

Sementara itu, observatorium tersebut menyatakan bahwa kekurangan makanan, bahan bakar, dan air semakin parah, dengan ribuan keluarga terjebak di sejumlah area tanpa layanan dasar. Akses terhadap konvoi bantuan kemanusiaan masih terblokir karena bentrokan terus berlangsung.

Jumlah korban tewas keseluruhan sejak pecahnya pertempuran pada 13 Juli lalu bertambah menjadi sedikitnya 940 orang, menurut observatorium itu, termasuk 406 orang dari Suwayda, di antaranya 80 warga sipil, dan 330 pasukan militer dari otoritas pertahanan dan dalam negeri, termasuk 18 pejuang suku.

Selain itu, 15 personel keamanan tewas dalam serangan udara Israel. Seorang jurnalis juga tewas dalam pertempuran.

Sekitar 182 orang, termasuk 26 perempuan, enam anak-anak, dan satu pria lanjut usia, diduga dieksekusi oleh pasukan pemerintah.

Jumlah korban jiwa juga mencakup tiga warga sipil Badui, termasuk seorang perempuan dan anak-anak, yang dieksekusi oleh pejuang Druze.

Observatorium itu juga melaporkan serangan milisi suku pada Sabtu terhadap Desa Kafr al-Lahf di Suwayda bagian barat, yang menyebabkan kepanikan di kalangan warga.

Secara terpisah, tembakan artileri dari posisi suku menghantam Desa Umm al-Zeitoun yang menyebabkan kerusakan material.

Pewarta: Xinhua
Editor: M Razi Rahman
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

Read Entire Article
Rakyat news | | | |