Jakarta (ANTARA) - Usaha tekstil ramah lingkungan kini semakin berkembang di kalangan pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM), salah satunya Qaniacraft Ecoprint, usaha milik Aminah Tri Astuti yang berlokasi di Kranggan Permai, Bekasi.
Mengusung konsep sustainable fashion, Aminah mengolah kain dengan motif alami dari dedaunan dan pewarna nabati. Aminah mengenal ecoprint secara tidak sengaja ketika membantu anaknya membuat tugas sekolah.
“Anak saya waktu itu dapat tugas membuat shibori. Saat mencari referensi di internet, saya justru menemukan teknik ecoprint. Dari situ saya coba sendiri di rumah, meski percobaan pertama gagal karena saya salah pakai alat,” ujarnya.
Kegagalan tersebut justru membuatnya semakin tertarik. Saat pandemi berlangsung, ia memanfaatkan waktu di rumah untuk mempelajari teknik ecoprint lebih dalam melalui workshop daring dan komunitas sesama pengrajin.
Kini, Qaniacraft memproduksi berbagai jenis busana seperti pashmina, outer, vest, hingga busana modern. Produk berbahan kain alami ini dikerjakan secara manual dengan teknik yang memerlukan waktu dan ketelatenan tinggi.
Dalam proses produksinya, Qaniacraft Ecoprint menggunakan teknik pewarnaan alami yang seluruhnya dilakukan secara manual. Aminah menjelaskan bahwa ecoprint memiliki beberapa metode, seperti pounding (dipukul), dan steam (dikukus).
Teknik yang digunakan Qaniacraft membutuhkan waktu cukup lama, bisa mencapai dua hingga tiga minggu. Prosesnya dimulai dari kain putih yang dibersihkan terlebih dahulu melalui tahap scouring untuk menghilangkan sisa minyak pabrik. Setelah itu kain masuk ke tahap mordan, yaitu proses menyiapkan kain agar dapat menyerap warna alami dengan baik.
“Selama pandemi saya banyak belajar dari komunitas. Setelah situasi membaik, kami mulai belajar tatap muka dan ikut berbagai pelatihan, termasuk soal bisnis dan desain motif. Karena pandemi, saya banyak waktu di rumah untuk eksplorasi,” jelasnya.
Berbekal pengalaman di bidang butik sebelumnya, Aminah mulai mengembangkan Qaniacraft menjadi usaha yang lebih terarah. Ia juga aktif mengikuti berbagai pameran dan peragaan busana bersama rekan-rekan pengrajin.
Selain mengembangkan usahanya, Aminah juga membentuk komunitas Bekasi Ecoprint Club, yang kini beranggotakan 13 brand ecoprint yang saling belajar dan berkembang bersama.
“Kami sering mengadakan kegiatan seperti ecopounding, fashion show di mal, dan pameran bersama. Lewat komunitas, kami bisa saling tukar pengalaman, belajar teknik baru, dan memperluas jaringan,” katanya.
Bagi Aminah, Qaniacraft bukan hanya soal bisnis, tetapi juga tentang berbagi ilmu dan mengembangkan potensi kreatif bersama pelaku UMKM lainnya.
Untuk mengembangkan usahanya, Aminah bergabung dengan Rumah BUMN BRI Jakarta pada pertengahan 2025. Ia mengikuti program pelatihan dan inkubasi bisnis selama tiga bulan yang berfokus pada pengembangan pemasaran dan digitalisasi usaha.
Melalui program BRIncubator, Aminah mendapatkan kesempatan mempelajari bisnis secara lebih mendalam, khususnya dalam bidang pemasaran dan pengembangan produk.
“Saya ikut pelatihan intensif selama tiga bulan, fokusnya di strategi marketing. Banyak hal baru yang saya pelajari, mulai dari cara menentukan target pasar hingga membuat promosi yang efektif,” ungkapnya.
Selama mengikuti berbagai program pembinaan di Rumah BUMN BRI, Aminah mengaku merasakan dampak nyata terhadap perkembangan bisnisnya.
“Pembinaan BRI ini sangat bermanfaat. Banyak ilmu baru yang out of the box, wawasan, hingga insight yang sebelumnya tidak saya ketahui. Harapan saya, semoga pendampingan ini terus berkelanjutan dan semakin intensif, sehingga benar-benar memberikan manfaat bagi para pelaku UMKM,” tutupnya.
Pada kesempatan terpisah, Corporate Secretary BRI Dhanny menyampaikan BRIncubator merupakan program pelatihan dan pendampingan yang ditujukan bagi UMKM binaan Rumah BUMN yang telah melalui proses kurasi. Program ini berfokus pada peningkatan kapasitas dan kapabilitas pelaku usaha agar siap menembus pasar ekspor.
BRIncubator menjadi wujud nyata komitmen BRI dalam membantu UMKM untuk berkembang dan naik kelas. Melalui pendekatan pelatihan yang terarah dan sistematis serta pendampingan yang berkelanjutan, program ini dirancang agar UMKM dapat tumbuh secara berkelanjutan.
“Melalui peningkatan literasi, digitalisasi, dan kemudahan akses, UMKM didorong untuk memperkuat daya saing dan menghasilkan nilai tambah di pasar,” tegasnya.
Pewarta: PR Wire
Editor: PR Wire
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.


















































