Bandung (ANTARA) - Asrama putri bagi siswi disabilitas yang terletak di Pusat Pelayanan Sosial Griya Harapan Difabel (PPSGHD) Dinas Sosial (Dinsos) Jawa Barat, Cimahi, dikosongkan paksa oleh pihak terkait pada Selasa (22/7) atau sehari sebelum perayaan Hari Anak Nasional 2025.
Pembimbing asrama putri di PPSGHD Dinsos Jabar Anggita Putri mengatakan pengosongan paksa itu terjadi ketika para siswi sedang belajar di sekolah SLB A Padjajaran (Wyataguna) Bandung.
"Saya juga sedang berada di sekolah, tiba-tiba saya ditelpon oleh salah satu pegawai dari PPSGHD, karena memang kami tinggal di sana. Mereka menyampaikan bahwa asrama harus segera dikosongkan dan batas terakhirnya adalah besok, yaitu hari ini," kata Anggita ditemui di Kompleks Wyataguna Bandung, Rabu.
Namun setelah dikonfirmasi ulang, kata Anggita, ternyata asrama telah dikosongkan dengan barang-barang para siswi telah dikeluarkan dan kunci gembok kamar pembimbing dibongkar secara paksa hingga membuat para siswi terkejut.
"Ketika sampai di sana anak-anak kondisinya kaget dan syok dan berkata 'ibu, kirain pulang cepat mau jalan-jalan, tapi kok ternyata malah diusir, malah dibongkar, malah kayak gini'," kata Anggita mencontohkan perkataan anak didiknya.
Baca juga: Komnas Disabilitas dorong revisi Perda Jabar Nomor 7/2013
Alasan pengosongan dengan cara pembongkaran kunci gembok secara paksa dan pemberitahuan secara tiba-tiba melalui sambungan telepon, pihaknya tidak mendapatkan informasi jelas, asrama tersebut akan digunakan untuk apa.
"Kami secara tiba-tiba diberi tahu asrama harus dikosongkan dan pengosongannya kunci gembok dibongkar secara paksa, saya ada dokumentasi video sisanya (pembongkaran). Terkait peruntukannya saya belum tahu untuk apa dan belum dapat informasi jelas soal itu," ujar Anggita.
Pengosongan secara paksa itu menyebabkan siswa terganggu secara mental karena terkejut atas kejadian tersebut. Bahkan nanti ada kemungkinan para siswi tersebut, kata dia, terancam putus sekolah.
"Dampaknya terganggu secara mental, mungkin terancam putus sekolah. Karena di asrama, biasanya ada yang antar-jemput ke sekolah. Tapi kalau mereka tinggal di rumah, tidak ada yang antar dan menjemput," ucap Anggita.
Baca juga: Pemkot Bandung fasilitasi pembuatan kaki palsu untuk disabilitas
Saat ini, kata Anggita, barang-barang milik siswi dan para siswi tersebut terpaksa dikembalikan pada orang tua masing-masing sekitar pukul 17.00 WIB hari Selasa (22/7), beberapa jam setelah aksi pengosongan paksa.
"Sudah dikembalikan ke orang tua sementara waktu. Kita tidak memberitahukan ke orang tua, karena semuanya terkesan sangat mendadak. Kami pun baru memberi tahu orang tua setelah ada instruksi untuk mengosongkan asrama," tutur Anggita.
Asrama tersebut, kata dia, diisi oleh delapan siswa dan dua siswi. Yang terdampak aksi pengosongan paksa tersebut adalah asrama putri yang sementara diisi satu siswi kelas 6 SD dan satu siswi kelas XI.
Ada informasi pada tahun ajaran baru 2025/2026 ini beberapa siswi dari SLB A Padjajaran Bandung juga direncanakan akan mengisi asrama gratis fasilitas pemerintah tersebut, namun dengan adanya kejadian ini belum diketahui kepastiannya.
Sementara itu sampai berita ini ditulis Kepala Dinsos Jabar Noneng Komara Nengsih belum memberikan keterangan. Sambungan telepon dan pesan singkat yang diusahakan ANTARA pada Noneng belum diangkat dan dibalas.
Baca juga: Dinsos Jabar serahkan kasus dugaan pungli ODGJ pada kepolisian
Pewarta: Ricky Prayoga
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.