PCO: Konsumsi mulai meningkat meski daya beli belum pulih sepenuhnya

1 month ago 22

Jakarta (ANTARA) - Ekonom senior dan Tenaga Ahli Kantor Komunikasi Kepresidenan (PCO) Fithra Faisal menilai pencapaian pertumbuhan ekonomi 5,12 persen dengan kontribusi terbesar dari konsumsi rumah tangga menandakan meningkatnya konsumsi masyarakat meski daya beli belum sepenuhnya pulih.

Badan Pusat Statistik (BPS) pada Selasa (5/8), melaporkan pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal II 2025 tercatat 5,12 persen dengan kontribusi terbesar masih datang dari konsumsi rumah tangga.

“Kontributor terbesar masih konsumsi, 54 persen lebih, dan pertumbuhannya lumayan bagus 4,97 persen dibandingkan kuartal I yang 4,89 persen. Ini lumayan lah. Artinya memang dari satu sisi memang ini masih di bawah pertumbuhan ekonomi, pelemahan atau daya beli yang belum terlalu kuat itu masih kelihatan,” ujar Fithra di Jakarta, Rabu.

Sebagaimana diketahui, konsumsi rumah tangga menyumbang kontribusi terbesar terhadap Produk Domestik Bruto (PDB), yakni sebesar 54,25 persen. Sektor itu juga menjadi penopang utama pertumbuhan ekonomi dengan andil sebesar 2,64 persen.

Meski demikian, Fithra mengatakan arah pergerakan ekonomi menunjukkan tren yang positif. Dirinya menilai, dibandingkan kuartal sebelumnya, terdapat perbaikan yang mencerminkan mulai terasa dampaknya stimulus pemerintah terhadap daya beli masyarakat.

“Trajektorinya lebih baik dibandingkan dengan kuartal sebelumnya. Artinya efek dari stimulus ke 'disposable income' itu 'kerasa',” katanya, menjelaskan.

Fithra menggambarkan fenomena di lapangan dengan istilah yang dekat dengan masyarakat yaitu Rojali (rombongan jarang beli) dan Rohana (rombongan hanya nanya).

“'Rojali', 'Rohana' yang rombongan hanya lihat-lihat, rombongan hanya nanya-nanya di mall. Sebenarnya ini tidak menunjukkan pelemahan yang sangat signifikan dari daya beli karena memang ada aktivitas 'switching' ya, karena di sektor 'e-commerce' juga meningkat datanya,” katanya.

Meskipun pertumbuhan konsumsi rumah tangga masih berada di bawah angka 5 persen, arah perbaikannya mulai tampak jelas. Ia menilai konsumsi menunjukkan tren peningkatan meski belum mencapai level optimal.

“Belum terlalu 'robust', tapi setidaknya kalau kita lihat dari sisi konsumsi itu ada trajektori yang meningkat meskipun masih suboptimal, yaitu 4,97 persen,” ujar dia.

Lebih lanjut, Fithra juga menyoroti peran stimulus pemerintah dalam mendorong tren konsumsi tersebut. Menurutnya, belanja pemerintah sebesar Rp24,4 triliun yang diarahkan untuk meningkatkan pendapatan bersih masyarakat mulai memberikan dampak nyata.

“Efek belanja pemerintah Rp24,4 triliun yang 'aiming'-nya ke 'disposable income' itu terasa. Subsidi sektor transportasi misalnya, itu bisa meningkatkan kinerja di sektor industri kreatif yang terefleksi di sektor jasa dan akomodasi,” kata Fithra, menjelaskan.

“Jadi meskipun daya beli belum optimal, langkah-langkah stimulus yang tepat sasaran memberi dampak positif bagi konsumsi. Dan ini yang akan terus jadi faktor penting dalam menjaga pertumbuhan ke depan,” katanya, menambahkan.

Pewarta: Bayu Saputra
Editor: Virna P Setyorini
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

Read Entire Article
Rakyat news | | | |