PCINU Tiongkok ingin jadi jembatan pertukaran budaya Indonesia China

13 hours ago 5

Beijing (ANTARA) - Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU) Tiongkok ingin menjadi jembatan pertukaran budaya Indonesia dan China secara khusus untuk memperbaiki praduga di antara masyarakat kedua negara.

"Masih cukup banyak masyarakat Indonesia memiliki stereotip negatif terhadap Tiongkok, baik karena faktor sejarah maupun narasi yang berkembang di media sedangkan di Tiongkok juga kalau mendengar kata 'Indonesia' yang terpikir adalah kejadian 1998, khususnya untuk generasi tua, karena itu, PCINU Tiongkok bisa menjadi jembatan membangun pemahaman yang lebih baik melalui kerja sama akademik maupun pertukaran budaya," kata Direktur Sino Nusantara Institute PCINU Tiongkok Ahmad Syaifuddin Zuhri dalam seminar pada Sabtu (8/3).

Hal itu disampaikan Zuhri dalam Konferensi Cabang Istimewa IV dan Seminar Nasional dengan tema "Refleksi 75 Tahun Hubungan RI-RRT" dan yang digelar PCINU Tiongkok. Acara tersebut dihadiri sekitar 200 lebih peserta secara daring dan luring.

"Hubungan antar masyarakat bisa memperkuat hubungan Indonesia-China karena kita ketahui bahwa hubungan diplomatik kedua negara mengalami pasang surut, dari sangat erat di era Presiden Soekarno, pemutusan hubungan di era Orde Baru, hingga normalisasi di awal 1990-an," tambah Zuhri.

Saat ini, ungkap Zuhri, meski kerja sama ekonomi semakin erat, hubungan antarmasyarakat kedua negara masih menghadapi tantangan persepsi negatif.

"Memang kita harus akui China lebih tertutup dibanding negara-negara Barat tapi PCINU sudah punya hubungan yang baik dengan pihak-pihak di China karena itu bisa menjadi kesempatan kita untuk ambil peran dalam memajukan hubungan antarmasyarakat," ungkap Zuhri.

Pembicara lain yaitu Presiden NU Labor Confederation yaitu Irham Ali mengangkat bonus demografi dan tantangan ketenagakerjaan di Indonesia.

Saat ini, ungkap Irham, Indonesia memiliki 150 juta angkatan kerja, tetapi 60 persen masih berada di sektor informal. Sementara itu, tingkat pengangguran usia muda mencapai 22 persen, menjadikan salah satu yang tertinggi di Asia.

"Meski investasi asing ke Indonesia meningkat dalam 15 tahun terakhir, konversi investasi terhadap penciptaan lapangan kerja masih rendah. Investasi China di Indonesia juga banyak terkonsentrasi di sektor ekstraktif seperti tambang dan sumber daya alam sedangkan sementara sektor padat karya seperti garmen dan manufaktur belum banyak disentuh," kata Irham.

Irham pun mengusulkan agar pemerintah dan pemangku kepentingan mendorong investasi China dapat ditujukan ke sektor-sektor yang lebih banyak menyerap tenaga kerja, seperti manufaktur, tekstil dan industri lain berbasis Sumber Daya Manusia.

Sedangkan Sekretaris Jenderal Perkumpulan Persahabatan Alumni Tiongkok Indonesia (Perhati) yang juga jurnalis Harian Kompas Iwan Santosa menyoroti minimnya keterlibatan Indonesia dalam pasar halal global.

"Dibandingkan dengan Thailand yang aktif dalam pameran produk halal di Timur Tengah, produk pangan halal Indonesia belum terdengar gaungnya di pasar internasional padahal Indonesia sebagai negara Muslim terbesar seharusnya bisa lebih agresif dalam memanfaatkan peluang ini melalui kerja sama strategis dengan China," kata Iwan.

Iwan juga mengingatkan pentingnya diplomasi Islam dalam memperkuat kerja sama ekonomi antara Indonesia dan China.

"Harus ada peta jalan kerja sama Indonesia-China yang melibatkan kementerian terkait guna memastikan keberlanjutan dan manfaat bagi kedua negara," ungkap Iwan.

Pada hari yang sama, PCINU Tiongkok juga menyelenggarakan Konferensi Cabang (Konfercab) IV. Konfercab IV ini dihadiri oleh 77 peserta, termasuk perwakilan dari berbagai wilayah di Tiongkok.

Salah satu agenda utama konferensi adalah pemilihan kepengurusan PCINU Tiongkok untuk periode 2025 - 2027 dan terpilih dua pemimpin baru yaitu Ahmad Syifa (mahasiswa doktoral Beijing Institute of Technology sebagai Rois Syuriah PCINU Tiongkok periode 2025 - 2027 dan Muhammad Hasyim Habibi Musthofa (mahasiswa master di Tsinghua University Beijing sebagai Ketua Tanfidziyah PCINU Tiongkok periode 2025 - 2027.

Saat pengangkatan keduanya, Wakil Sekretaris Jenderal Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Kiai Haji Imron Rosyadi Hamid berpesan agar keduanya dapat menjaga soliditas organisasi untuk memastikan keberlanjutan program kerja PCINU Tiongkok.

"Peran PCINU tidak hanya dalam aspek keagamaan, tetapi juga harus menjadi wadah penguatan akademik dan sosial sehingga perlu menjalin hubungan lebih erat dengan PBNU, KBRI, dan 'stakeholder' lainnya, guna meningkatkan manfaat organisasi bagi anggota dan komunitas. PCINU juga harus menjaga nilai-nilai keislaman moderat sesuai dengan prinsip-prinsip Nahdlatul Ulama dan disiplin secara ideologi yaitu menjaga paham ahlussunnah waljamaah secara konsisten," kata KH Imron Rosyadi Hamid.

Baca juga: KDEI Taipei buka forum diskusi perdana PCINU Taiwan

Baca juga: Rais Amm PBNU: PCINU di luar negeri ibarat duta bangsa

Pewarta: Desca Lidya Natalia
Editor: Arie Novarina
Copyright © ANTARA 2025

Read Entire Article
Rakyat news | | | |