PBB: Emisi gas rumah kaca global pada 2024 capai rekor tertinggi

4 hours ago 2

Tokyo (ANTARA) - Sebuah laporan PBB pada Selasa menyatakan bahwa emisi gas rumah kaca global pada 2024 meningkat sebesar 2,3 persen ke rekor tertinggi 57,7 miliar ton.

Emisi tersebut masih jauh dari target yang ditetapkan dalam perjanjian iklim Paris 2015 untuk membatasi pemanasan global hingga 1,5 derajat Celcius di atas tingkat pra-industri, dan organisasi tersebut memperingatkan suhu dapat meningkat hingga 2,8 derajat pada abad ini kecuali ada tindakan cepat untuk mengatasinya.

Bahkan jika semua negara yang terlibat perjanjian Paris mencapai target pengurangan CO2 mereka pada 2035, suhu global diproyeksikan akan naik sebesar 2,3 hingga 2,5 derajat C, menurut laporan Program Lingkungan PBB.

"Ini akan sulit untuk dibalikkan -- memerlukan pengurangan tambahan yang lebih cepat dan lebih besar untuk emisi gas rumah kaca guna meminimalkan kelebihan emisi" dan mengurangi kerusakan terhadap kehidupan dan perekonomian, menurut laporan itu memperingatkan.

Jika Amerika Serikat secara resmi menarik diri dari perjanjian tersebut, suhu berpotensi naik sebesar 0,1 derajat tambahan, kata laporan itu

China memiliki pengeluaran emisi tertinggi pada 2024, yaitu 15,6 miliar ton. Amerika Serikat menyusul dengan 5,9 miliar ton, India dengan 4,4 miliar ton, Uni Eropa dengan 3,2 miliar ton, dan Rusia dengan 2,6 miliar ton.

Kelompok 20 negara dengan perekonomian besar (G20), tidak termasuk Uni Afrika, menyumbang 77 persen dari total emisi dan tindakan yang lebih ambisius dituntut dari negara-negara anggotanya.

Namun, mengingat skala pengurangan yang diperlukan dan waktu yang tersisa untuk mencapainya, suhu global rata-rata sangat mungkin melebihi 1,5° C dalam dekade berikutnya.

Pengurangan sebesar 55 persen dari tingkatnya pada 2019 diperlukan pada 2035 untuk membatasi pemanasan hingga 1,5°C.

Namun, bahkan meskipun semua negara memenuhi target mereka saat ini, pengurangan tersebut diproyeksikan hanya mencapai sekitar 15 persen, menurut laporan tersebut.

"Selama 10 tahun Perjanjian Paris, telah terjadi penurunan suhu yang cukup besar," kata laporan itu.

"Oleh karena itu, komunitas internasional sebaiknya mempercepat aksi iklim... Namun, kemauan politik untuk melakukannya masih kurang."

Sekarang, fokusnya akan beralih ke Konvensi Kerangka Kerja PBB tentang Perubahan Iklim, yang dikenal sebagai COP30, di Brasil bulan ini, terkait apakah diskusi di sana dapat menghasilkan penguatan langkah-langkah.

Sumber: Kyodo-OANA

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

Read Entire Article
Rakyat news | | | |