Panji Tengkorak, animasi Indonesia tanpa embel-embel "Merah Putih"

3 weeks ago 5
Panji Tengkorak merupakan sebuah karya yang menunjukkan keberanian, inovasi, sekaligus kontribusi para sineas, seniman animasi hingga desain kreatif bagi perfilman Indonesia

Jakarta (ANTARA) - Film animasi Panji Tengkorak merupakan karya yang penting dan berani dalam kancah perfilman nasional, karena belum banyak film silat yang dibuatkan pergerakannya dalam bentuk animasi dua dimensi untuk menjangkau populasi generasi Z di Indonesia.

Sebagai adaptasi dari komik legendaris karya Hans Jaladara yang pertama kali terbit pada 1968, sutradara Daryl Wilson mencoba membawa kembali cerita klasik tersebut ke audiens modern melalui medium animasi.

Film dengan genre pahlawan super lokal yang terinspirasi dari guratan gambar ini juga dieksplorasi animasinya dengan serius. Secara visual, pembuat film Panji Tengkorak memutuskan untuk menggunakan gaya animasi dua dimensi yang berpadu dengan matte painting.

Gaya animasi 2D menjadi pilihan yang berisiko jika pembuat film menyasar sebagian anak dengan rentang usia 13 sampai 20 tahun. Sajian animasi model 3D berpadu 2D yang lebih modern, seperti halnya film populer "Kpop Demon Hunters" atau "Spider-Man: Into the Spider-Verse", lebih akrab dengan usia mereka.

Kendati demikian, animasi 2D memberikan nuansa visual yang menyesuaikan pada komik aslinya, dengan goresan tangan yang ekspresif dan dinamis. Pilihan ini memungkinkan penggambaran adegan pertarungan yang brutal, lugas, dan intens.

Namun, film Panji Tengkorak juga tidak terkungkung pada gaya konvensional. Penggunaan matte painting menciptakan latar belakang yang luas, sinematik, dan megah. Hasilnya adalah sebuah dunia yang terasa kuno dan mistis, dengan atmosfer yang kelam dan misterius.

Pilihan untuk menampilkan kekerasan secara eksplisit membuat film ini relatif lebih bisa dinikmati oleh audiens berusia 21 tahun ke atas yang mampu menghargai kedalaman cerita di balik visual yang keras.

Pilihan gaya animasi ini juga membedakan Panji Tengkorak dari film animasi lain, baik lokal maupun internasional.

Selain visual, penyajian karakter juga menjadi salah satu kekuatan film ini.

Karakter utama, Panji Tengkorak, digambarkan sebagai sosok yang kompleks dan penuh luka. Disuarakan oleh Denny Sumargo, Panji ditampilkan sebagai individu yang dihantui oleh masa lalu. Sang pendekar hidup dalam kutukan abadi setelah menjual jiwanya demi balas dendam.

Suara Denny Sumargo yang serak dan penuh kegetiran berhasil menyampaikan beban emosional yang dibawa oleh karakter ini.

Monolog yang sering kali terlihat dalam kilas balik sepanjang film seakan menjadi jendela bagi penonton untuk melihat ke dalam pergolakan batin Panji.

Panji memiliki penyesalan mendalam setelah istrinya, Murni (disuarakan oleh Aisha Nurra Datau), dihabisi secara tragis sedangkan ia tak mampu berbuat apa-apa.

Panji menjadi sosok yang merintangi karakter kepahlawanannya di dalam cerita, dengan sisi antagonis, terutama saat mencari balas dendam atas ketidakberdayaan dirinya sendiri.

Baca juga: Nurra Datau bandingkan "Panji Tengkorak" dengan "The Last Airbender"

Editor: Dadan Ramdani
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

Read Entire Article
Rakyat news | | | |