Jakarta (ANTARA) - Wakil Ketua MPR RI Lestari Moerdijat menegaskan membela negara bukan hanya kewajiban, tetapi juga hak setiap warga negara.
Hal itu diungkapkan Lestari saat memberi sambutan pada peluncuran buku berjudul Untold Story: Bawa Mereka Pulang di Jakarta, Selasa.
Buku karya Fenty Effendy itu mengangkat kisah pembebasan 10 ABK Indonesia yang disandera kelompok Abu Sayyaf di kawasan konflik Mindanao, Filipina pada 2016. Saat itu Lestari menjadi bagian dari Tim Kemanusiaan Surya Paloh dalam upaya pembebasan sandera.
Menurut Rerie, sapaan akrab Lestari, di masa itu untuk menjadi bagian pembebasan sandera ABK Indonesia di Mindanao harus mendapat restu dari negara.
"Ketika restu negara belum didapat, tetapi semangat untuk membebaskan anak bangsa sudah bulat, kita harus mengedepankan hak kita untuk membela bangsa ini," kata Rerie dalam keterangannya di Jakarta, Selasa.
Rerie yang juga anggota Komisi X DPR RI itu menilai Tim Kemanusiaan Surya Paloh yang terdiri dari unsur media, partai politik, bisnis, dan institusi pendidikan, merupakan contoh kolaborasi pentahelix yang baik dalam mengatasi sebuah permasalahan.
Rerie mengungkapkan upaya pembebasan sandera tersebut tidak hanya melalui upaya politik, tetapi juga melibatkan institusi pendidikan di bawah Yayasan Sukma Bangsa.
Karena, jelas Rerie, salah satu kesepakatan dalam pembebasan sandera itu adalah 10 sandera itu dibebaskan, tetapi 40 anak Mindanao bisa bersekolah gratis di Sekolah Sukma Bangsa di Aceh yang dikelola Yayasan Sukma Bangsa.
Baca juga: MPR: Pemberdayaan perempuan sektor pertanian wujudkan ketahanan pangan
Baca juga: Wakil Ketua MPR: Bonus demografi harus dikelola baik
Pewarta: Fianda Sjofjan Rassat
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

















































