Jakarta (ANTARA) - Di tengah tekanan ekonomi global dan laju inflasi yang masih membayangi, masyarakat Indonesia tetap menunjukkan antusiasme tinggi terhadap kegiatan hiburan dan budaya, khususnya selama musim liburan sekolah, demikian Chief Data Officer Lokadata.id Suwandi Ahmad.
Menurut dia dalam paparannya pada acara Power Lunch yang diinisiasi oleh Gdp Venture pada Rabu di Jakarta, momen ini tidak hanya menjadi waktu istirahat keluarga, tetapi juga pemicu lonjakan aktivitas konsumsi, baik di sektor budaya, pariwisata, maupun gaya hidup.
Kenaikan ini memperkuat posisi liburan sekolah sebagai siklus penting dalam pola belanja rumah tangga.
Baca juga: tiket.com raih penghargaan dari Vietnam Airlines
Baca juga: tiket.com anugerahkan juara Jagoan Pariwisata 2023 kepada usaha wisata
Senada dengan itu, Co-Founder tiket.com, Gaery Undarsa, menilai bahwa tren perjalanan justru tumbuh di tengah perlambatan ekonomi global. Ia menjelaskan bahwa setelah pandemi COVID-19, masyarakat sempat berlomba-lomba bepergian ke luar negeri. Namun, sejak akhir 2024 hingga tahun ini, destinasi domestik kembali menjadi pilihan utama.
"Kebutuhan masyarakat untuk tetap melakukan perjalanan berpadu dengan dorongan untuk berhemat menjadi alasan utama pergeseran tersebut. Jadi masyarakat tetap pengin travel tapi juga save," katanya.
Data dari Galeri Indonesia Kaya, pusat pertunjukan seni di Grand Indonesia Jakarta yang dipaparkan oleh Program Director Bakti Budaya Djarum Foundation Renitasari Ardian mencatat tren peningkatan pengunjung sejak April 2025.
Jumlah pengunjung naik dari 6.880 orang pada April menjadi 11.994 pada Mei, kemudian melonjak ke 15.583 pada Juni, dan telah mencapai 12.253 orang hanya dalam separuh bulan Juli.
Lonjakan ini mencerminkan meningkatnya minat terhadap aktivitas berbasis pengalaman yang relevan dengan nilai budaya.
Indonesia Kaya, sebagai inisiatif dari Bakti Budaya Djarum Foundation, turut berkontribusi menyediakan ruang budaya inklusif yang bisa diakses publik secara gratis.
Baca juga: Rekomendasi Raisa untuk destinasi favorit liburan singkat di Singapura
Melalui Galeri Indonesia Kaya di Jakarta, Taman Indonesia Kaya di Semarang, dan Rumah Budaya Indonesia Kaya yang sedang dibangun, masyarakat dapat menikmati pertunjukan seni, pelatihan budaya, hingga ruang kreatif interaktif yang mendorong partisipasi aktif dalam pelestarian budaya.
Secara nasional, Badan Pusat Statistik (BPS) 2024 mencatat bahwa pergerakan wisatawan nusantara mengalami lonjakan signifikan selama periode liburan sekolah dibandingkan bulan-bulan biasa. Fenomena ini membuka peluang besar bagi pelaku usaha di sektor pariwisata, transportasi, ritel, dan hiburan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi di tengah tantangan daya beli.
Laporan tiket.com mengungkapkan bahwa transaksi selama liburan sekolah 2025 tumbuh 54 persen dibanding pertengahan tahun sebelumnya. Kenaikan ini didorong oleh lonjakan pemesanan tiket pesawat sebesar 38 persen, akomodasi hingga 79 persen, dan atraksi (Things to Do/TTD) sebesar 45 persen. Bali, Yogyakarta, Medan, dan Surabaya menjadi destinasi domestik favorit, sedangkan Singapura, Tokyo, dan Thailand mendominasi destinasi luar negeri.
Dari sisi dokumentasi momen perjalanan, platform SweetEscape mencatat peningkatan permintaan pemotretan liburan hingga 35 persen sepanjang musim libur sekolah.
"Permintaan tertinggi datang dari destinasi keluarga populer, baik di dalam maupun luar negeri, dengan Bali, Paris, dan Singapura sebagai tiga teratas," kata David Soong selaku CEO SweetEscape.
Bali menjadi kota dengan performa terbaik dalam daftar “Top Cities Performance” SweetEscape, dengan skor naik dari 74 pada 2024 menjadi 95 pada 2025. Selain untuk dokumentasi keluarga, permintaan juga banyak datang dari pelancong yang menghadiri festival, konser, atau momen istimewa bersama komunitas.
Menurut Lokadata, transformasi besar terjadi dalam lima tahun terakhir di lanskap pariwisata Indonesia. Jika era prapandemi didominasi wisata alam dan budaya, era pascapandemi ditandai dengan meningkatnya tren gig-tripping, yakni bepergian demi menghadiri konser atau festival. Survei Lokadata juga menunjukkan peningkatan willingness to pay di kelompok menengah atas, terutama untuk pengeluaran yang berorientasi pada pengalaman dan belanja non-makanan.
Tren tersebut mencerminkan perubahan pola konsumsi masyarakat Indonesia yang makin bergeser ke arah pengalaman dan nilai emosional.
Dengan tetap kuatnya minat terhadap budaya dan hiburan, pelaku industri perlu membaca ulang lanskap konsumen saat ini. Prioritas terhadap kebersamaan, pengalaman otentik, serta kebutuhan berekspresi menjadi kunci utama dalam merancang produk dan layanan yang relevan dengan semangat zaman.
Baca juga: GDP Venture sebut fokuskan pendanaan di 5 pilar utama
Baca juga: STB perluas jangkauan promosi wisata Singapura di Indonesia
Baca juga: Wisatawan masa kini peduli praktik ramah lingkungan saat liburan
Pewarta: Ida Nurcahyani
Editor: Maria Rosari Dwi Putri
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.