Merawat damai di jalan yang retak

3 hours ago 1
Bima memiliki sejarah panjang solidaritas dan kekuatan komunitas. Nilai itu dapat menjadi fondasi untuk mendorong masyarakat memilih dialog daripada kekerasan, memilih membangun daripada merusak.

Mataram (ANTARA) - Asap ban terbakar yang menghitam di jalur lintas Bima-Sumbawa pada Sabtu sore itu seakan-akan menjadi simbol betapa rapuhnya ruang publik ketika ketegangan sosial meledak tanpa kendali.

Di Kecamatan Bolo, Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB), ketenangan hari-hari warga mendadak pecah ketika tawuran pelajar SMAN 2 Bolo merembet menjadi konflik dua desa.

Jalan nasional yang menjadi urat nadi mobilitas antarwilayah terputus beberapa jam. Masyarakat Darussalam dan Sonco membangun blokade kayu, batu, dan ban terbakar sebagai bentuk protes atas dugaan penganiayaan terhadap seorang siswa.

Situasi semakin panas ketika upaya aparat membuka blokade berujung bentrokan. Dua polisi terluka akibat lemparan batu, sementara seorang warga mengalami luka yang diduga akibat proyektil atau benda tumpul.

Ketegangan merembes sampai rumah-rumah warga, membuat banyak keluarga mengunci pintu dan memilih tidak keluar. Ketakutan itu terasa sangat nyata.

Peristiwa ini bukan kali pertama terjadi di wilayah Bima. Dalam beberapa tahun terakhir, konflik antarwarga yang dipicu hal-hal kecil mulai dari kesalahpahaman, kecelakaan lalu lintas, hingga perselisihan antar remaja sering membesar menjadi pertikaian komunal.

Ketika ikatan sosial lemah, percikan kecil bisa membakar banyak ruang sekaligus.

Tawuran pelajar yang kemudian menyeret orang dewasa memperlihatkan lingkaran kekerasan yang terus berulang di berbagai daerah di Indonesia.

Perkelahian antar remaja sudah lama menjadi fenomena sosial, tapi perluasan konflik ke tingkat komunitas memperlihatkan bahwa akarnya jauh lebih dalam dari sekadar emosi sesaat.

Ada kerentanan sosial yang tidak terkelola dan ruang dialog yang tak cukup kuat menahan gelombang kemarahan.

Baca juga: Melatih empati jadi solusi cegah tawuran remaja sejak dini

Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

Read Entire Article
Rakyat news | | | |