Surabaya (ANTARA) - Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman meminta bongkar ratoon tebu tuntas dalam tiga bulan ke depan di seluruh Indonesia, agar dapat mendukung percepatan swasembada gula nasional.
“Saya targetkan (bongkar ratoon) bisa selesai tiga bulan,” kata Mentan, di Surabaya, Jawa Timur, Rabu.
Bongkar ratoon adalah proses membongkar tanaman tebu yang sudah tiga kali kepras atau lebih karena produktivitasnya semakin turun.
Ketika telah dilakukan pembongkaran, maka akan diganti dengan tanaman baru yang tidak hanya fresh tapi juga dipilihkan varietas-varietas yang lebih unggul.
Mentan menuturkan upaya bongkar ratoon tanaman tebu masuk dalam strategi hilirisasi perkebunan yang sedang digenjot oleh pemerintah.
Ia menyebutkan pemerintah menyiapkan anggaran mencapai Rp1,6 triliun khusus untuk proses bongkar ratoon seluas 100 ribu hektare secara nasional.
Dalam pelaksanaannya, PTPN Group melalui PT Sinergi Gula Nusantara (SGN) dipercaya sebagai motor penggerak pendampingan di lapangan.
Direktur Utama PT SGN Mahmudi pun menegaskan komitmen perusahaan untuk menjalankan mandat tersebut seiring dengan hilirisasi perkebunan yang sedang menjadi prioritas Presiden Prabowo Subianto.
“Hilirisasi bukan sekadar program melainkan amanah negara yang harus kami kawal. Untuk itu PT SGN menempatkan komoditas tebu sebagai prioritas strategis demi tercapainya swasembada gula nasional,” ujarnya.
Mahmudi mengatakan PT SGN sudah menyiapkan langkah nyata untuk memastikan keberhasilan program terutama dalam mendampingi petani di berbagai daerah.
Ia menjelaskan tim pendampingan telah turun ke berbagai daerah untuk membantu petani dalam percepatan bongkar ratoon maupun replanting.
“SGN hadir tidak hanya sebagai offtaker tetapi juga sebagai mitra yang siap mendukung petani di lapangan,” kata Mahmudi.
Baca juga: Mentan: Pemerintah sangat berupaya jaga stok pangan demi masyarakat
Baca juga: Mentan minta Jatim maksimalkan anggaran Rp700 miliar untuk sektor tebu
Pewarta: Astrid Faidlatul Habibah
Editor: Budisantoso Budiman
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.
