Bandung (ANTARA) - Wakil Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga (BKKBN), Isyana Bagoes Oka, menyebutkan program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang digagas pemerintah untuk ibu hamil, ibu menyusui, dan balita berhasil mengintervensi pravelansi stunting hingga di bawah 20 persen.
Isyana mengatakan Indonesia untuk pertama kalinya mencatat angka stunting nasional di bawah 20 persen, yakni sebesar 19,8 persen dan menjadi tonggak penting dalam perjalanan pembangunan sumber daya manusia Indonesia, meskipun distribusinya masih belum merata.
"Capaian ini menunjukkan bahwa intervensi kita mulai efektif. Tapi tantangan ke depan adalah bagaimana kita meratakan dampaknya, agar tidak hanya dirasakan di kota besar, tetapi juga desa dan wilayah 3T," kata Isyana di Bandung, Senin.
Isyana mengatakan bahwa cakupan penerima manfaat MBG terus bertambah seiring peningkatan kolaborasi antara kementerian, lembaga, dan mitra pelaksana di daerah.
Baca juga: Kemendukbangga: IPeKB garda terdepan cegah stunting-Indonesia Emas
Dan dengan MoU antara Kemendukbangga dan BGN (Badan Gizi Nasional), katanya, menjadi fondasi penting dalam memastikan distribusi MBG merata ke seluruh pelosok negeri.
"Program MBG terus berjalan dan berkembang. Kita terus lakukan koordinasi, terutama di setiap pembukaan SPPG (Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi), agar sasaran seperti ibu hamil dan balita usia di bawah dua tahun benar-benar terlayani," ujarnya.
Isyana menekankan untuk peningkatan SDM Jawa Barat, kunci keberhasilan berada pada sinergi antar kebijakan yakni program MBG, Sekolah Rakyat, Cek Kesehatan Gratis, Swasembada Pangan, Perumahan Rakyat, dan Koperasi Merah Putih, karena merupakan satu ekosistem terpadu dan saling mendukung.
Selain asupan gizi, Isyana menekankan kualitas tempat tinggal juga menjadi perhatian pemerintah dalam menekan risiko stunting.
Baca juga: Mendukbangga: Program Genting bentuk keadilan bagi seluruh masyarakat
"Rumah layak, akses air bersih, dan sanitasi yang baik sangat menentukan. Jika anak tinggal di lingkungan tidak sehat, maka risiko stunting tetap tinggi meski gizinya cukup," ujar Isyana.
Ia menambahkan bahwa pendekatan holistik yang mencakup intervensi gizi, perumahan, dan edukasi keluarga harus terus diperkuat, terutama pada masa 1.000 hari pertama kehidupan (HPK).
"Kalau kita serius mengawal periode 1.000 HPK, generasi emas 2045 bukan hanya impian. Tapi butuh kerja bersama, dari pusat sampai ke desa," tuturnya.
Baca juga: Asupan nutrisi untuk ibu hamil mengurangi risiko anak stunting
Pewarta: Ricky Prayoga
Editor: Bernadus Tokan
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.