Jakarta (ANTARA) - Menteri Kebudayaan (Menbud) Fadli Zon menyoroti peristiwa masuknya Islam ke Indonesia sebagai salah satu hal yang menjadi perhatian dalam penulisan ulang sejarah bangsa Indonesia.
"Kita akan menambahkan masuknya Islam ke Indonesia dengan temuan-temuan situs Bongal sekarang ya," kata Fadli saat ditemui di Kantor PBNU, Jakarta Senin.
Menbud mengungkapkan terdapat berbagai temuan arkeologi, salah satunya di situs Bongal, Tapanuli Tengah, Sumatera Utara yang menunjukkan adanya temuan koin dari Dinasti Umayyah.
"Di situs Bongal, di Musi, ditemukan koin-koin Umayyah, itu salah satu contoh bahwa kita perlu meng-update temuan-temuan baru di dalam sejarah kita," ujarnya.
Menurutnya, hal ini membuktikan kebenaran dari pendapat peneliti pada zaman dahulu yang menyebutkan bahwa Islam masuk ke Nusantara pada abad pertama hijriah, atau abad ketujuh masehi.
Baca juga: DPR bentuk tim supervisi untuk awasi penulisan ulang sejarah
"Ini persis seperti yang dulu para ulama pernah diskusikan di tahun 1963," lanjutnya.
Di samping itu peran-peran organisasi Islam di Indonesia seperti Nahdlatul Ulama atau Muhammadiyah juga akan menjadi catatan penting.
"Kalau kita lihat peran Nahdlatul Ulama di situ misalnya soal resolusi jihad ya, kita perkuat yang selama ini itu tidak pernah masuk," tegasnya.
Fadli menjelaskan saat ini penulisan ulang sejarah bangsa Indonesia telah mencapai tahap uji dan diskusi publik.
Baca juga: Fadli Zon: Uji publik penulisan sejarah digelar di beberapa tempat
Baca juga: Menbud: Pemerkosaan 98 tak dihapus di penulisan ulang sejarah
Sebagaimana yang dikatakan oleh Fadli Zon sebelumnya, tidak ada hal-hal yang ditutupi dan menyebut hasil penulisan tersebut dapat diperdebatkan pada agenda uji publik.
Ia menjelaskan bahwa uji publik akan digelar dalam bentuk seminar dan diskusi sehingga memungkinkan para pemangku kepentingan untuk memberikan masukan, kritik hingga memberikan argumentasi terkait isi buku sejarah yang ditulis ulang tersebut.
Pewarta: Sean Filo Muhamad
Editor: Bernadus Tokan
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.