LPOI sebut tokoh dan ormas agama harus jadi penyelesai dan pendamai

4 hours ago 5

Jakarta (ANTARA) - Ketua Umum Lembaga Persahabatan Ormas Islam (LPOI) dan Lembaga Persahabatan Ormas Keagamaan (LPOK) Kiai Haji Said Aqil Siradj mengatakan tokoh dan organisasi masyarakat (ormas) harus menjadi penyelesai dan pendamai di tengah dunia yang sedang tidak baik-baik saja.

Dalam acara Konsolidasi Bersama Tokoh Agama dan Ormas Keagamaan di Jakarta, Rabu (30/4), dia menilai ke depan Indonesia bisa menjadi alternatif pintu gerbang utama bagi jalan damai atas berbagai konflik yang ada di dunia. Peran tersebut harus diambil dan dimainkan agar dapat melakukan islah bainal mutakhosimain.

"Dalam hal ini, ormas-ormas Islam dan ormas keagamaan serta para pemimpin agama tidak boleh hanya jadi penonton dan tidak boleh terbawa ke dalam arus pertarungan yang tidak bersudut antarkepentingan," kata KH. Said, seperti dikutip dari keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Kamis.

Maka dari itu, dirinya menekankan tokoh dan ormas agama harus tegas lurus mengedepankan kepentingan kedaulatan NKRI yang aman, damai, dan sentosa.

Said mengungkapkan bahwa dunia sedang berada dalam situasi yang tidak baik-baik saja. Eskalasi konflik dan peperangan terus bergejolak, turbulensi ekonomi terus terjadi, dan ancaman bencana ekologi yang serius terus melanda dimana-mana.

Untuk itu, kata dia, hal itu sudah seharusnya menjadi atensi dari semua pihak, terutama ormas dan tokoh-tokoh agama. Dalam situasi saat ini, bangsa Indonesia tidak boleh sedikit pun lengah dalam menghadapinya.

Ia pun menekankan bahwa dinamika global yang sedang terjadi dan realitas nasional yang ada harus diwaspadai dengan penuh siap siaga agar tidak ada celah bagi penumpang gelap yang berusaha merusak Indonesia dari dalam dan luar negeri.

"Narasi Indonesia Gelap harus segera di-counter dengan narasi Indonesia Cerah dengan langkah langkah konkret,” tuturnya.

Dia berpendapat saat ini era transisi sedang berjalan dan telah terjadi banyak penyelarasan serta konsolidasi kebangsaan sedang dilakukan.

Karena itu, sambung dia, seharusnya ormas dan tokoh agama bersama Pemerintah terus memperkuat sistem deteksi dini dan membangun kesiapsiagaan nasional serta tidak boleh acuh tak acuh.

Dengan demikian, kata dia, momentum transisi tidak mudah direbut dan dimanfaatkan oleh sel-sel radikalisme, ekstremisme, dan terorisme untuk berkembang ke arah lebih masif dan bermetamorfosa dalam pola, strategi, dan gerakan baru yang berpotensi mengarah pada sistem ledakan rendah tapi berdampak luas (low explosive but high impact).

Dalam kesempatan yang sama, Deputi I BNPT Mayor Jenderal TNI Sudaryanto menyampaikan tiga fungsi besar tokoh agama dan ormas keagamaan yang bisa diemban bersama dalam menyikapi dinamika tersebut. Pertama, sebagai penjaga moral dan etika publik.

Disebutkan bahwa di tengah percepatan kebijakan dan tekanan ekonomi global, suara pemuka agama dibutuhkan untuk menjaga agar setiap langkah bangsa tetap berpijak pada nilai-nilai keadilan, kejujuran, dan kepedulian.

Kedua, sebagai penyeimbang antara negara dan masyarakat. Ia menjelaskan bahwa ormas keagamaan memiliki kedekatan yang sangat kuat dengan masyarakat karena mengenal denyut nadi umat serta memahami harapan dan kesulitan di akar rumput.

Di sisi lain, ormas juga dinilai memiliki akses dan komunikasi dengan pemerintah.

Ketiga, sambung Sudaryanto, tokoh agama dan ormas keagamaan sebagai pelayan umat dan pendorong pemberdayaan sosial ekonomi, di mana sudah terbukti bahwa berbagai lembaga keagamaan memiliki kapasitas besar dalam menggerakkan ekonomi rakyat, mencerdaskan generasi, serta menjaga solidaritas sosial.

“Ketiga fungsi ini, penjaga moral, penyeimbang sosial, dan pelayan umat, merupakan bentuk kontribusi konkret yang dapat terus dirawat dan dikembangkan,” ungkap Mayjen TNI Sudaryanto.

Dalam semangat kolaborasi, ia yakin bahwa pembangunan bangsa bukanlah tanggung jawab satu pihak saja. Negara, ormas, masyarakat, dan seluruh elemen harus saling memperkuat, saling menjaga dan saling membesarkan.

“Mari kita bangun masa depan bangsa ini dengan keseimbangan antara nilai dan nalar, antara kebijakan dan keadilan, antara pembangunan dan pengayoman,” tuturnya.

Adapun kegiatan dihadiri oleh kurang lebih 100 peserta, meliputi pengurus ormas yang tergabung dalam LPOI/LPOK, antara lain Nadhlatul Ulama (NU), Muhammadiyah, Al Washliyah, Persatuan Islam (Persis), Al Irsyad, Daru al Da'wah wa al Irsyad (DDI), Persatuan Tarbiyah Islamiyah (Perti), Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI), Syarikat Islam, Ikatan Da'i Indonesia (Ikadi), Al Ittihadiyah, Muslimat NU, Aisyiyah, serta Mathla’ul Anwar.

Baca juga: Polri siap tindak tegas preman berkedok ormas yang ganggu investasi

Baca juga: Pakar: Ormas agama dan UKM perlu berhati-hati kelola tambang

Pewarta: Agatha Olivia Victoria
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2025

Read Entire Article
Rakyat news | | | |